Suara.com - Timnas Indonesia masih terus membidik bakat-bakat keturunan di luar negeri untuk memperkuat skuad, terutama di sektor depan. Meskipun sudah memiliki nama-nama seperti Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, dan Ole Romeny, upaya PSSI untuk menambah kedalaman skuad tidak berhenti.
Ole Romeny sendiri menjadi tambahan paling anyar setelah resmi memperoleh status Warga Negara Indonesia pada Maret 2025.
Namun sayangnya, harapan untuk segera melihatnya berseragam Merah Putih harus tertunda. Cedera parah yang ia alami usai mendapat tekel keras dari pemain Arema FC, Paulinho, dalam laga Piala Presiden 2025, membuat kehadirannya dalam putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada Oktober mendatang masih diragukan.
Situasi ini memperkuat dorongan PSSI untuk mencari alternatif baru. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyampaikan bahwa federasi tengah menjajaki naturalisasi dua pemain keturunan berposisi penyerang. Meskipun belum bisa menyebutkan identitas mereka, Erick menyebut bahwa prosesnya sedang dalam tahap serius dan kedua pemain tersebut telah menunjukkan komitmen untuk bergabung bersama Timnas.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang PSSI dalam membangun skuad kompetitif dan tangguh. Dengan kompetisi di level Asia semakin ketat, ketersediaan opsi berkualitas di lini depan menjadi kebutuhan mutlak.
Meski belum diungkap secara resmi, sejumlah nama mulai menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola nasional. Beberapa pemain berdarah Indonesia yang berkarier di Eropa kini masuk radar publik sebagai kandidat naturalisasi berikutnya.
1. Dean Zandbergen
![4 Pemain Keturunan Berbandrol Rp364 M Bakal Bela Timnas Indonesia Lawan Negara Teluk? [Instagram Dean Zandbergen]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/12/34314-dean-zandbergen.jpg)
Nama ini mungkin belum begitu familiar di telinga pencinta sepak bola Indonesia, namun Dean Zandbergen diketahui memiliki darah Indonesia dari sang ibu yang berasal dari Depok.
Ia disebut telah menjalin komunikasi awal dengan pihak PSSI terkait peluang menjadi bagian dari skuad Merah Putih.
Baca Juga: Satu Kaki di Semifinal! Skenario Timnas Indonesia U-23 Lolos Grup A Piala AFF U-23 2025
Meski belum banyak informasi soal rekam jejaknya, Dean digadang-gadang memiliki potensi dan niat kuat untuk membela tanah leluhurnya.
![Miliano Jonathans saat membela FC Utrecht di laga pekan ke-32 melawan FC Twente yang dibela bek Timnas Indonesia, Mees Hilgers Minggu (11/5) malam waktu setempat. [Instagram Miliano Jonathans]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/12/21723-miliano-jonathans.jpg)
Miliano Jonathans adalah salah satu nama yang kerap dikaitkan dengan Timnas. Pemain muda yang kini membela FC Utrecht di Eredivisie Belanda tersebut memiliki garis keturunan dari ayahnya yang juga berasal dari Depok.
Miliano sudah lama masuk dalam radar pemantauan PSSI sejak usianya 16 tahun. Usianya yang masih muda memberi peluang besar untuk berkembang bersama skuad Garuda.

Nama berikutnya adalah Million Manhoef, pemain berusia 23 tahun yang kini memperkuat Stoke City di kasta kedua Liga Inggris.
Manhoef telah mencatatkan 52 penampilan profesional dengan torehan 11 gol dan lima assist.
Dengan rekam jejak tersebut, dia dinilai cukup mumpuni untuk menjadi pesaing serius di lini depan Timnas, terlebih dengan kemampuannya bermain di beberapa posisi ofensif.

Satu nama lain yang mencuat adalah Laurin Ulrich, gelandang serang muda yang bermain untuk VfB Stuttgart di Bundesliga.
Berbeda dengan tiga nama sebelumnya, Laurin memiliki garis keturunan Indonesia dari kakeknya yang lahir di Surabaya pada tahun 1941, masa ketika wilayah tersebut masih berada di bawah kekuasaan Hindia-Belanda.
Hal ini membuatnya masuk dalam kategori generasi ketiga diaspora yang memiliki peluang besar untuk dinaturalisasi.
Program naturalisasi pemain keturunan telah menjadi bagian dari strategi jangka panjang PSSI untuk meningkatkan performa tim nasional.
Di tengah keterbatasan regenerasi striker lokal yang mumpuni, pendekatan ini menjadi solusi realistis agar Timnas mampu bersaing di level Asia dan bahkan dunia.
Selain dari sisi teknis, keberadaan pemain keturunan juga membawa dampak positif dari sisi mentalitas dan pengalaman bermain di liga-liga top Eropa.
Ini menjadi modal penting untuk memupuk daya saing Timnas sekaligus memotivasi pemain lokal untuk meningkatkan kualitas.
Langkah Erick Thohir dan jajaran federasi juga sejalan dengan pendekatan yang digunakan oleh banyak negara lain, seperti Jepang, Maroko, dan Aljazair, yang sukses mengintegrasikan diaspora ke dalam sistem tim nasional mereka.
Ke depan, pemilihan pemain keturunan akan tetap mempertimbangkan aspek teknis, komitmen, serta kesiapan beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia.
Jika proses naturalisasi dua striker anyar ini berjalan lancar, bukan tidak mungkin kekuatan lini depan Timnas akan semakin komplet menghadapi babak penting kualifikasi Piala Dunia.