Dari situ, muncul banyak talenta yang kini mulai dikenal di kancah nasional, seperti Marselina Awi dan Lisa Madjar, dua pilar Persitoli Tolikara yang menjadi juara Piala Pertiwi 2021–2022.
Tak main-main, Heidi mengantongi lisensi UEFA PRO B, sebuah bukti kredibilitasnya sebagai pelatih profesional di level tinggi.
Tapi lebih dari sekadar gelar pelatih, ia dikenal sebagai pendidik dan pembimbing yang membentuk karakter para pemain muda.
"Sepak bola dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. Harus seimbang. Pemain jangan cuma jago di lapangan, tapi juga harus pintar. Kalau pun gagal jadi pemain, mereka tetap punya masa depan lewat pendidikan," tegas Heidi.
Sosoknya memang jauh dari sorotan media nasional. Tapi perannya sebagai penggerak utama sepak bola wanita Papua sangatlah nyata.
Tanpa publikasi besar-besaran, Heidi terus berkarya dalam diam—mengangkat harapan, mimpi, dan masa depan banyak gadis Papua melalui si kulit bundar.
“Sepak bola putri itu harus dimulai dari akar. Di Papua, akar itu sudah kami tanam sejak lama. Sekarang tinggal bagaimana semuanya mau bersama-sama menyiram dan merawatnya,” pungkas Heidi.