Simon Tahamata: Liga Itu Nyawa Sepak Bola dan Kunci Sukses Timnas!

Galih Prasetyo Suara.Com
Senin, 04 Agustus 2025 | 14:43 WIB
Simon Tahamata: Liga Itu Nyawa Sepak Bola dan Kunci Sukses Timnas!
Simon Tahamata: Liga Itu Nyawa Sepak Bola dan Kunci Sukses Timnas! [Dok. IG Simon Tahamata]

Suara.com - Simon Tahamata, legenda sepak bola Belanda keturunan Maluku yang kini menjabat sebagai kepala scouting PSSI, mengungkapkan pandangannya tentang pentingnya kompetisi sepak bola dalam membentuk pemain bintang.

Dengan pengalaman melatih di akademi Ajax dan kini mengawal talenta Indonesia, Tahamata menegaskan bahwa kompetisi adalah nyawa perkembangan sepak bola.

Menurut Tahamata, kompetisi adalah ladang subur bagi pemain muda untuk berkembang.

"Di sinilah mereka mengasah keterampilan, menguji mental, dan belajar dari kemenangan maupun kekalahan," katanya seperti dikutip dari NU.NL

Kompetisi seperti Liga 1 atau turnamen junior memberikan panggung bagi talenta muda untuk menunjukkan kemampuan, sekaligus membangun ketangguhan menghadapi tekanan.

Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia Simon Tahamata saat konferensi pers sebelum sesi latihan di Stadion Madya, Jakarta, Senin (2/6/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia Simon Tahamata saat konferensi pers sebelum sesi latihan di Stadion Madya, Jakarta, Senin (2/6/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Pengalamannya sebagai pelatih muda di Ajax memperlihatkan bagaimana lingkungan kompetitif melahirkan bintang seperti Johan Cruyff.

Kompetisi, menurut Tahamata, adalah katalis yang mendorong pemain untuk terus berinovasi.

"Saat bertanding, pemain didorong untuk melampaui batas mereka," ujarnya.

Lingkungan kompetitif ini menciptakan standar performa yang lebih tinggi, baik secara individu maupun tim.

Baca Juga: 6 Untung-Rugi PSSI All-in untuk Timnas Indonesia Abaikan Kompetisi

Di Indonesia, kehadiran pemain naturalisasi seperti Thom Haye dan Jay Idzes di Timnas menunjukkan bagaimana persaingan meningkatkan kualitas permainan, mendorong talenta lokal untuk terus berkembang.

Sebagai kepala scouting PSSI, Tahamata melihat kompetisi sebagai jembatan menuju karier profesional.

Turnamen seperti Piala AFF U-19 atau Liga 1 menjadi ajang para scout menemukan permata tersembunyi.

"Kompetisi membuka peluang untuk dilihat klub besar," katanya.

Contohnya, pemain seperti Ragnar Oratmangoen, yang kini bermain di FC Dender, menunjukkan bagaimana performa di level kompetitif dapat membuka pintu ke Eropa.

Selain kompetisi yang kompetitif, Tahamata menekankan peran krusial akademi sepak bola.

Pengalamannya di Ajax, salah satu akademi terbaik dunia, memperlihatkan bagaimana pelatihan terstruktur menyiapkan pemain untuk level profesional.

Di Indonesia, ia mendorong penguatan akademi seperti SSB atau klub Liga 1 untuk mencetak talenta berkualitas.

"Tanpa akademi yang baik, talenta sulit bersinar," ujarnya, seraya menyoroti pentingnya pelatih berkualitas dan fasilitas memadai.

Erick Thohir, Ketua Umum PSSI. (Instagram/erickthohir)
Erick Thohir, Ketua Umum PSSI. (Instagram/erickthohir)

Pernyataan Tahamata adalah pengingat bahwa kompetisi adalah denyut nadi sepak bola. Di tengah sorotan pada Timnas, penguatan liga domestik dan akademi menjadi kunci.

Sementara itu, ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang tak malu-malu lagi menyebut fokus utama federasi adalah prestasi Timnas Indonesia alih-alih kualitas kompetisi domestik, menjadi sorotan.

Ketika dikritik publik soal minimnya perhatian terhadap liga, Erick Thohir tetap bergeming. Ia menegaskan bahwa PSSI punya fokus berbeda.

"PSSI fokusnya tim nasional. Jadi kalau orang mau bicara, 'Oh PSSI tidak mau bertanggung jawab dengan liga'. Ya biarin aja. Kan mindset kita boleh berbeda," kata Erick Thohir dilansir dari kanal YouTube Liputan6.

"Karena yang saya lihat di seluruh dunia ya PSSI yang tim nasional. Mau di Jerman, mau di Inggris ya fokusnya tim nasional," jelas mantan bos Inter Milan itu.

Ia juga menyebut bahwa penyelenggaraan liga berada di tangan operator, sementara PSSI hanya mengatur agenda-agenda FIFA untuk Timnas dari kelompok umur hingga senior.

"Liga itu sudah bergerak sendiri seperti Premier League, Bundesliga. Iya kan? Dan kenapa sekarang FIFA mendorong banyak pertandingan tim nasional? Bayangin nih, U-17-nya tiap tahun, U-20 ya," ujar Erick Thohir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI