- Laga melawan Lebanon adalah simulasi strategis PSSI untuk mempersiapkan Timnas menghadapi karakter permainan Arab Saudi dan Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
- Pertandingan ini menjadi ujian sesungguhnya bagi formasi baru 4-2-3-1 racikan Patrick Kluivert setelah sebelumnya sukses besar melawan Taiwan.
- Komitmen Kluivert pada sistem empat bek menandakan berakhirnya era formasi tiga bek warisan Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.
Suara.com - Meski cuma bertajuk laga FIFA Matchday alias uji coba internasional, PSSI sangat memandang penting laga Timnas Indonesia vs Lebanon yang akan berlangsung pada Senin (8/9/2025) pukul 20.30 WIB.
Pasalnya, duel yang akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya ini adalah sebuah gladi resik krusial sebelum terjun ke medan 'perang' yang sesungguhnya: putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Ini bukan sekadar pertandingan persahabatan untuk menaikkan peringkat FIFA.
Ini adalah sebuah simulasi strategis yang sengaja dirancang untuk menguji kesiapan skuad Garuda menghadapi dua raksasa Asia Barat yang sudah menanti di bulan Oktober.
Pesan ini ditegaskan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang memantau langsung latihan tim di Surabaya.
"Laga melawan Lebanon yang berasal dari Timur Tengah akan menjadi simulasi Timnas Indonesia yang akan melawan tim Arab Saudi dan Irak pada ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia," kata Erick Thohir.

Misi simulasi ini menjadi semakin krusial karena akan menjadi panggung pembuktian bagi 'senjata baru' racikan Patrick Kluivert.
Setelah berbulan-bulan mempertahankan formasi tiga bek warisan Shin Tae-yong, Kluivert akhirnya melakukan revolusi taktik.
Sistem empat bek (4-2-3-1) kini menjadi identitas baru Timnas.
Kemenangan 6-0 atas Taiwan pekan lalu menjadi 'kelinci percobaan' yang sukses.
Baca Juga: Lupakan Makau, Timnas Indonesia U-23 Wajib Kalahkan Korsel
Namun, Lebanon adalah ujian dengan level kesulitan yang jauh lebih tinggi.
Sang arsitek asal Belanda itu pun menegaskan bahwa tidak akan ada jalan untuk kembali ke taktik lama. Formasi baru ini akan terus disempurnakan.
"Dan melawan Lebanon tentu saja saya tidak ingin mengubah sistem. Saya hanya ingin menyempurnakan sistem," kata Kluivert.
"Seperti yang Anda lihat, eksekusi sistem dan apa yang saya minta dari para pemain benar-benar dieksekusi dengan baik," tegasnya.
Rencana simulasi ini sejatinya sudah disiapkan PSSI sejak awal. Kuwait seharusnya menjadi lawan pertama, namun negara tersebut mendadak mengundurkan diri.
Kini, Lebanon menjadi satu-satunya tolok ukur yang tersisa sebelum Timnas Indonesia terbang ke Jeddah untuk menghadapi tuan rumah Arab Saudi (9 Oktober) dan Irak (12 Oktober).