Legenda Juan Sebastian Veron: Penyihir Lapangan Tengah yang Bikin Sir Alex Naik Pitam

Galih Prasetyo Suara.Com
Senin, 03 November 2025 | 16:34 WIB
Legenda Juan Sebastian Veron: Penyihir Lapangan Tengah yang Bikin Sir Alex Naik Pitam
Legenda Juan Sebastian Veron: Dirigen Lini Tengah yang Pernah Bikin Sir Alex Ferguson Naik Pitam [Instagram]
Baca 10 detik
  • Juan Sebastian Veron adalah gelandang berbakat dengan kemampuan lengkap dan visi permainan luar biasa.
  • Kariernya di Inggris tidak secerah di Italia karena faktor adaptasi dan gaya permainan.
  • Kepulangannya ke Estudiantes menegaskan statusnya sebagai legenda sejati.

Suara.com - Juan Sebastian Veron dikenal sebagai salah satu gelandang paling berbakat dalam sejarah sepak bola Argentina.

Namun, kariernya di Inggris kerap dijadikan bahan perdebatan, terutama oleh mereka yang menilai performa seorang pemain hanya dari kiprahnya di Premier League.

Padahal, Veron adalah sosok yang memadukan teknik elegan, visi luar biasa, dan kecerdasan taktik yang langka.

Perjalanannya dari La Plata hingga Manchester, Roma, dan kembali ke Estudiantes adalah kisah tentang talenta besar yang kadang salah tempat, tapi selalu meninggalkan jejak mendalam di manapun ia bermain.

Awal Karier Juan Sebastian Veron

Lahir di La Plata, Argentina, Veron mewarisi darah sepak bola dari ayahnya, Juan Ramón Veron, legenda Estudiantes yang berjuluk La Bruja (sang penyihir).

Tak butuh waktu lama bagi Veron muda untuk mengikuti jejak sang ayah.

Setelah membantu Estudiantes kembali ke kasta tertinggi Argentina, ia sempat membela Boca Juniors dan bermain bersama Diego Maradona.

Tahun 1996 menjadi titik awal perjalanannya ke Eropa.

Baca Juga: Piala Dunia U-17 2025: Ambisi Argentina Ulang Memori Indah Qatar 2022

Veron bergabung dengan Sampdoria, di bawah asuhan Sven-Göran Eriksson.

Di Italia, kemampuannya dalam mengatur tempo permainan langsung menonjol.

Dua tahun bersinar di Genoa mengantarkannya ke Parma, di mana ia menjadi bagian dari salah satu tim paling ikonik Serie A akhir 1990-an.

Bersama nama-nama besar seperti Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, dan Hernan Crespo, Veron membantu Parma meraih Coppa Italia dan UEFA Cup 1998/99.

Puncak Karier di Lazio

Pada 1999, Veron mengikuti Eriksson ke Lazio dengan biaya £18 juta, angka besar pada masanya.

Keputusan itu terbukti tepat. Bersama Diego Simeone di lini tengah, Veron menjadi motor utama Lazio yang menjuarai Serie A 1999/2000 dan menutup musim dengan double winner (Scudetto dan Coppa Italia).

Permainannya memukau: umpan-umpan akurat, visi tajam, dan kemampuan mengatur tempo membuatnya dijuluki otak tim. 

Banyak yang menilai, musim tersebut adalah puncak karier Veron di Eropa.

Pindah ke Inggris: Harapan Tinggi, Realita Berbeda

Tahun 2001, Manchester United memecahkan rekor transfer Inggris dengan menebus Veron seharga £28,1 juta.

Sir Alex Ferguson melihatnya sebagai kunci untuk membawa United kembali berjaya di Eropa.

Awal kariernya menjanjikan, Veron mencetak tiga gol dalam empat laga dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Premier League bulan September 2001.

Namun seiring waktu, adaptasinya tersendat.

Perbedaan gaya permainan, intensitas fisik Liga Inggris, dan kendala bahasa membuatnya sulit menemukan konsistensi.

Sir Alex Ferguson sempat membela anak asuhnya dengan legendaris, “He’s a fcking great player, and you’re all fcking idiots!”

Ungkapan yang kini masih dikenang sebagai bentuk keyakinan Ferguson terhadap talenta sang pemain.

Sayangnya, Veron tak pernah benar-benar menemukan tempatnya di Old Trafford.

Kombinasi dengan Roy Keane dan Paul Scholes sering kali tak seimbang, dan dua musim kemudian ia dilepas ke Chelsea, yang saat itu baru diambil alih Roman Abramovich.

Namun, cedera membuatnya hanya tampil 15 kali sebelum akhirnya kembali ke Serie A bersama Inter Milan.

Di sanalah, Veron kembali menunjukkan kelasnya dengan membantu Inter meraih gelar Serie A 2005/06.

Pulang Kampung dan Jadi Legenda

Pada 2006, Veron pulang ke klub masa kecilnya, Estudiantes, untuk menutup karier dengan cara istimewa.

Di bawah arahan Diego Simeone, ia membawa klub itu meraih gelar liga pertama dalam 23 tahun, dan kemudian menorehkan sejarah dengan memenangkan Copa Libertadores 2009, gelar yang terakhir diraih klub itu saat ayahnya masih bermain empat dekade sebelumnya.

Di final melawan Cruzeiro, Veron yang kala itu berusia 34 tahun menjadi Pemain Terbaik Turnamen.

Setelah pensiun, Veron melanjutkan pengabdiannya sebagai presiden klub Estudiantes, memastikan warisan keluarganya terus hidup di kota La Plata.

Kontributor: Azka Putra

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI