Tamparan Keras untuk PSSI! Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Brasil Bikin Federasi Mawas Diri

Arief Apriadi Suara.Com
Sabtu, 08 November 2025 | 19:40 WIB
Tamparan Keras untuk PSSI! Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Brasil Bikin Federasi Mawas Diri
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir akui kualitas dan kuantitas kompetisi usia dini harus dibenahi usai Timnas Indonesia U-17 dibantai Brasil 0-4. (pssi.org)
Baca 10 detik
  • Kekalahan 0-4 dari Brasil memaksa PSSI mengevaluasi kompetisi dan pembinaan pemain muda.
  • Erick Thohir menyoroti perbedaan jam terbang pemain Brasil yang mencapai 70 laga per tahun.
  • Laga terakhir kontra Honduras jadi penentu peluang Indonesia meraih poin pertama.

Suara.com - Kekalahan telak 0-4 Timnas Indonesia U-17 dari Brasil di Piala Dunia U-17 2025 menjadi tamparan keras bagi sepak bola Indonesia.

Bagi Ketua Umum PSSI Erick Thohir, hasil itu bukan hanya soal skor, melainkan cerminan betapa jauhnya kualitas pembinaan Indonesia dibanding negara-negara elite dunia.

Timnas U-17 kini masih tanpa poin setelah sebelumnya kalah 1-3 dari Zambia.

Namun fokus Erick bukan sekadar hasil, melainkan pekerjaan rumah besar yang harus segera dibereskan federasi.

Erick tidak menutupi kenyataan bahwa skuad muda Brasil berada satu level di atas Indonesia—bahkan lebih.

Namun ia juga menyoroti bahwa sebenarnya Garuda Muda punya peluang saat menghadapi Zambia, walaupun gagal memanfaatkannya.

"Ya memang Brasil di atas kita jauh, dan kemarin kita ada kesempatan sama Zambia. Kita kecolongan tiga gol dalam tujuh menit. Di babak kedua kita main lebih bagus, ada banyak kesempatan tapi belum gol," ujar Erick usai laga di Aspire Academy, Doha, dikutip dari Antara.

Bagi Erick, tampil di panggung sebesar Piala Dunia tetap menjadi proses penting bagi para pemain muda Indonesia.

"Tapi anak-anak saya rasa ini kesempatan, ini sejarah lho Indonesia lawan Brasil di Piala Dunia walaupun U17," katanya.

Baca Juga: Sinyal Positif Mauro Zijlstra Siap Gabung Timnas Indonesia U-23 Hadapi Mali

Di balik skor 0-4, ada satu isu yang menurut Erick paling menonjol: ritme bertanding pemain Indonesia jauh tertinggal.

"Di Brasil itu mereka satu pemain bisa main 70 game (per tahun) tapi kita belum. Jadi kita harus buat terobosan sepertinya," tegasnya.

Pernyataan itu menjadi alarm bagi PSSI bahwa kompetisi usia dini harus dibangun lebih serius dan lebih terstruktur.

Minimnya jumlah pertandingan membuat pemain sulit berkembang dalam tempo cepat.

PSSI Didorong Lakukan Reformasi Pembinaan

Erick menegaskan bahwa dua kekalahan ini bukan alasan untuk menyalahkan pemain atau pelatih, melainkan panggilan untuk mengevaluasi sistem.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI