- Timur Kapadze resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala klub Navbahor Namangan di Uzbekistan per 1 Desember 2025.
- Kegagalan negosiasi dengan PSSI diduga disebabkan perbedaan visi, yaitu PSSI menawarkannya untuk tim Olimpiade bukan senior.
- Kapadze memilih mundur demi mencari tantangan baru sebagai pelatih kepala utama dan meninggalkan staf Timnas Uzbekistan.
Suara.com - Teka-teki mengenai masa depan Timur Kapadze akhirnya terjawab sudah. Pelatih asal Uzbekistan yang sempat menjadi kandidat terkuat untuk menukangi Timnas Indonesia itu secara resmi telah memilih pelabuhan barunya.
Per 1 Desember 2025, Timur Kapadze resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala klub Uzbekistan, Navbahor Namangan
Namun, di balik kepastian ini terungkap dugaan kuat mengenai alasan di balik batalnya kesepakatan dengan PSSI.
Menurut laporan media Uzbekistan, upl.uz, kegagalan negosiasi bukan karena masalah finansial, melainkan karena perbedaan visi yang fundamental.
PSSI dilaporkan tidak memproyeksikan Kapadze untuk timnas senior, melainkan untuk tim Olimpiade.
“Kemungkinan besar Timur tidak setuju dengan tawaran itu dan negosiasi berakhir dengan kegagalan,” tulis laporan tersebut.
“Dengan demikian, pintu bagi sang pelatih untuk menangani Timnas Indonesia pun tertutup,” tambah mereka.
Timur Kapadze sendiri tidak pernah menampik bahwa ia sedang dalam proses mencari tantangan baru.
Ia bahkan mengonfirmasi adanya komunikasi dengan beberapa negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Babak Baru Kasus Dugaan Kekerasan Shin Tae-yong, Satu Per Satu Korban Buka Suara
“Belum ada yang pasti, tapi memang ada proses yang sedang berjalan di beberapa negara. Termasuk Indonesia,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
“Kalau rezeki, saya siap bekerja di sana. Untuk saat ini saya belum terikat kontrak dengan klub mana pun,” imbuh pelatih 44 tahun itu.
Keinginan kuatnya untuk kembali menjadi pelatih kepala, bukan sekadar asisten juga menjadi alasan utama mengapa ia meninggalkan posisinya di Timnas Uzbekistan setelah kedatangan Fabio Cannavaro.
Baginya mundur adalah sebuah langkah profesional untuk melanjutkan kariernya sebagai arsitek utama.
“Saya banyak berpikir. Tentu, impian setiap pelatih adalah membawa timnya ke Piala Dunia,” ujar Kapadze.
“Tapi setelah pelatih baru datang, saya merasa akan timbul ketidaknyamanan bila saya tetap di staf. Saya memutuskan untuk mundur dan melanjutkan jalan saya sendiri,” sambungnya lagi.