-
Indonesia U-22 wajib menang melawan Myanmar untuk menjaga peluang lolos.
-
Strategi penyerang sayap cepat Filipina direkomendasikan untuk Garuda Muda.
-
Zijlstra dan lini serang perlu tingkatkan kreativitas serta pemanfaatan postur.
Permainan sayap cepat yang diterapkan Filipina tampak membuat pertahanan Myanmar kocar-kacir dan kedodoran.
Filipina berhasil menaklukkan Myanmar 2-0 dengan gol-gol yang lahir dari pemanfaatan maksimal peran penyerang sayap.
Bahkan, kemenangan tersebut melibatkan kontribusi signifikan dari pemain sayap seperti Dylan DeMuynck dan Alex Monis.
Dylan DeMuynck berperan penting dengan menyumbangkan assist dan juga menjadi pemicu gol kedua yang berasal dari gol bunuh diri pemain Myanmar.
Sementara itu, Monis ikut mencatatkan namanya di papan skor setelah menerima umpan matang dari DeMuynck.
Pemain sayap Indonesia yang memiliki kecepatan tinggi harus cerdik memanfaatkan kelemahan ini, didukung dengan finishing yang tenang dan tidak terburu-buru.
Selain itu, kreativitas Timnas Indonesia U-22 dalam membangun serangan wajib ditingkatkan, sebab pola serangan yang ada mudah sekali dibaca oleh tim lawan.
Peran penyerang utama seperti Mauro Zijlstra saat melawan Filipina terlihat kurang optimal, menunjukkan minimnya kontribusi sebagai ujung tombak.
Kualitas permainan Myanmar terbilang tidak istimewa, terbukti saat mereka dibungkam Filipina pada laga perdana.
Baca Juga: Bisa Tersingkir Tanpa Main, Nasib Timnas Indonesia U-22 di SEA Games Ditentukan Hari Ini
Mereka kerap kehilangan bola dengan mudah, sering kalah dalam duel di lini tengah, dan memiliki pola serangan balik yang mudah sekali dipatahkan.
Kondisi inilah yang harus dimaksimalkan oleh Timnas Indonesia U-22 agar bisa mendominasi jalannya pertandingan.
Para pemain inti, termasuk Ivar Jenner dan rekan-rekan, harus menunjukkan pergerakan yang lebih simultan, mirip dengan gaya bermain tim Filipina.
Penerapan formasi dengan tiga striker yang diusung oleh pelatih Indra Sjafri, mirip dengan saat uji coba melawan Timnas Mali U-22 sebelumnya, sebetulnya tidak ada yang keliru.
Permasalahannya terletak pada koordinasi dan padu padan di lini serang yang belum maksimal dan terlihat buntu.
Mauro Zijlstra saat melawan Filipina cenderung pasif, minim pergerakan eksplosif, dan lebih banyak menanti umpan silang dari kedua sayap.