-
PSSI resmi memberhentikan Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-22 setelah SEA Games 2025.
-
Media Vietnam mengkritik kegagalan Indra Sjafri dalam membentuk karakter permainan solid bagi Garuda Muda.
-
PSSI sedang melakukan perombakan total strategi pembinaan guna mencari sosok pelatih kepala baru.
Suara.com - Asosiasi sepak bola tertinggi di tanah air resmi menyudahi masa bakti Indra Sjafri bersama skuad muda.
Langkah drastis ini diambil sebagai konsekuensi atas performa yang mengecewakan pada ajang SEA Games 2025.
Pihak federasi menyatakan bahwa penghentian kerja sama ini merupakan hasil dari kesepakatan kolektif kedua belah pihak.
Seluruh prosedur pemutusan hubungan kerja dilakukan dengan merujuk pada poin-poin kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
PSSI memastikan bahwa tanggung jawab finansial dan hak profesional pelatih asal Sumatera Barat tersebut telah dituntaskan.
Keputusan ini diambil demi menjaga marwah dan profesionalisme di lingkungan internal manajemen tim nasional Indonesia.
“Perpisahan ini dilakukan dalam suasana saling menghormati. PSSI ingin melakukan penataan ulang dan reorientasi strategi pembinaan tim nasional usia muda ke depan,” tulis PSSI dalam keterangan resminya.
Pernyataan tersebut menegaskan adanya keinginan kuat untuk mengubah arah kebijakan teknis dalam pembinaan atlet muda.
Kini fokus utama federasi beralih pada evaluasi menyeluruh terhadap sistem kepelatihan yang selama ini berjalan.
Baca Juga: Banderol Harga Pasar Joey Pelupessy dan Maarten Paes, 2 Bintang Timnas Indonesia Diincar Persib
Manajemen menginginkan adanya penyegaran visi agar tim nasional mampu bersaing lebih kompetitif di level internasional.
Berita mengenai hengkangnya sang juru taktik tersebut ternyata menjadi perhatian serius bagi media asal Vietnam.
Nguoi Lao Dong sebagai salah satu media terkemuka di sana memberikan ulasan tajam mengenai situasi ini.
Mereka menilai bahwa pemecatan tersebut adalah konsekuensi logis yang memang harus diterima oleh sang pelatih.
Bagi publik Vietnam, kegagalan di SEA Games hanyalah puncak dari rangkaian hasil negatif sepanjang tahun berjalan.
Indra Sjafri dianggap gagal memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan performa individu maupun kolektif para pemain.
Sorotan tajam tertuju pada lemahnya identitas permainan yang ditunjukkan oleh para penggawa Timnas Indonesia U-22.
Kurangnya konsistensi di atas lapangan hijau menjadi alasan utama kegagalan skuad Garuda Muda melangkah jauh.
"Garuda Muda dinilai gagal menunjukkan karakter permainan yang solid, terutama dalam laga-laga krusial yang menentukan kelolosan ke fase gugur," ulas media Vietnam tersebut.
Kekalahan di momen-momen penting menjadi bukti nyata adanya masalah pada sisi mentalitas dan strategi bertanding.
PSSI kini memikul beban berat untuk segera menemukan solusi atas kekosongan kepemimpinan di kursi kepelatihan.
Situasi semakin rumit mengingat tim nasional senior juga masih belum memiliki nakhoda tetap pasca Patrick Kluivert hengkang.
Kondisi dualisme kekosongan pelatih ini memaksa PSSI untuk bekerja ekstra keras dalam waktu yang relatif singkat.
"Pasca kepergian Indra Sjafri, Timnas Indonesia U-22 dipastikan akan memasuki fase pembangunan ulang," tulis laporan tersebut lebih lanjut.
Publik kini menanti siapa sosok yang akan dipercaya untuk memegang tongkat estafet kepemimpinan di tim nasional.
"PSSI kini mulai mencari pelatih kepala baru yang dinilai mampu membawa semangat segar, sekaligus membenahi sistem seleksi dan pembinaan pemain muda secara menyeluruh," tambah sumber berita tersebut.
Langkah berani ini diharapkan menjadi titik balik bagi kebangkitan prestasi sepak bola Indonesia di masa depan.
Reformasi di tubuh tim nasional usia dini dianggap sangat mendesak agar bakat-bakat muda tidak terbuang sia-sia.
PSSI berkomitmen untuk memperbaiki pola rekrutmen pemain agar lebih transparan dan berbasis data objektif.
Perjalanan baru tanpa Indra Sjafri ini dipandang sebagai momentum refleksi bagi seluruh pemangku kepentingan sepak bola.
Tujuannya sangat jelas yaitu meletakkan fondasi yang lebih kokoh demi meraih kejayaan jangka panjang di kancah global.
Masyarakat pecinta bola tanah air berharap agar suksesi kepemimpinan ini segera membawa dampak positif secara instan.
Semangat baru di dalam tim diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan diri para pemain muda saat mengenakan seragam merah putih.
Tantangan ke depan dipastikan akan semakin berat mengingat persaingan di kawasan Asia Tenggara yang semakin ketat.
Namun dengan perencanaan yang matang, bukan tidak mungkin Indonesia kembali mendominasi panggung sepak bola regional.
Kini semua mata tertuju pada langkah strategis yang akan diambil PSSI dalam beberapa pekan ke depan.