S: Terus kalau memang sesuai dengan hukum, harusnya apa yang dilakukan Pemerintah agar ormas tak menjadi liar?
J: Seharusnya diperlukan peran pemerintah membina mereka. Harusnya setiap ormas yang ada di Indonesia itu memegang konsep ‘revolusi mental’ yang dicetuskan Presiden Jokowi.
Kalau setiap ormas memahami itu, mereka akan menapai tingkat pemikiran yang bagus. Sehingga mereka tak mudah terprovokasi dan terpecah belah yang menyelinap di ormas-ormas.
S: Apakah revolusi mental juga bisa diterapkan di ormas yang mengatasnamakan Islam?
J: Seharusnya bisa, ya balik lagi harus ditanamkan sikap asal usul bangsa kita. Seharusnya kita berpikir seperti ini, saya muslim tapi ayok kita menjadi Muslim Indonesia bukan menjadi Indonesia Muslim.
Itu yang namanya revolusi mental, kita sebagai muslim harus legowo, harus terbuka dalam pemikiran jangan punya rasa parno dan ketakutan.
S: Penyebab utama masyarakat kita ini gampang diprovokasi apa sih?
J: Sebenarnya masalah utamanya beakangan itu fanatisme yang berlebihan, seharusnya kita jangan punya fanatisme yang semu terhadap apapun, baik negara, agama, tokoh dan lainnya.
Ini bukan hanya berlaku untuk ormas Islam, tapi untuk semua ormas, warga Indonesia juga.
Karena kalau kita punya fanatisme berlebihan akan menjadi looser (orang yang kalah). Dalam berbagai ajaran agama apapun sudah disebutkan kalau sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Menurut saya Tuhan itu tak perlu dibela, justru Tuhan lah yang membela kita. Karena kita ini kecil Tuhan punya segalanya.
Kalau kita berpikir Tuhan perlu dibela berarti kita mengecilkan kuasa Tuhan.
S: Terus, menurut Kang Jo jika ormas yang melakukan keributan dibubarkan setuju nggak?
J: Kalau memang itu menjadi sesuatu yang perlu dan lebih banyak merugikan masyarakat, kenapa tidak.
Tapi tetap harus dilihat dulu dan atas izin orang yang memiliki wewenang untuk membubarkan.