Bird of A Different Feather: Mengoyak Tabir Pendidikan Inklusif dalam 95 Menit

Jum'at, 10 Januari 2025 | 16:13 WIB
Bird of A Different Feather: Mengoyak Tabir Pendidikan Inklusif dalam 95 Menit
Karakter Sonia dalam film Bird of A Different Feather (Konanur Productions)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Film ini menggambarkan kemiskinan dengan realis, mulai dari rumah yang tidak dibangun sempurna dan terkesan dipaksa untuk diterima dengan seadanya. Hingga lingkungan kumuh dan adegan berebut tempat duduk saat menaiki transportasi umum.

Pengambilan gambar dari dekat dalam beberapa adegan berhasil menunjukkan kerapuhan dari karakter utama Sonia. Namun pandangan ini tidak kemudian mengkerdilkan bagaimana detail dalam pengambilan gambar dalam ruang yang kompleks ditata dengan cukup rapi.

Misalnya, dalam adegan Sonia melakukan stand up comedy dengan disaksikan teman satu sekolah dan para guru. Penonton bisa merasakan perubahan emosi yang terjadi ketika uji coba tersebut menjelma menjadi keberhasilan dan penerimaan diri.

Prithvi Konanur, produser film Bird of A Different Feather dan Gernata Titi, perwakilan dari SALAM (Istimewa)
Prithvi Konanur, produser film Bird of A Different Feather dan Gernata Titi, perwakilan dari SALAM (Istimewa)

Bayang-Bayang Kemiskinan dan Eksklusivitas Pendidikan

Memfokuskan analisis pada faktor kemiskinan mungkin terkesan tidak adil bagi keistimewaan fisik yang dimiliki oleh Sonia. Namun mau tidak mau diakui, baik India maupun Indonesia menghadapi masalah yang serupa, di mana kemiskinan menjadi tabir bagi sebagian kalangan untuk mengakses pendidikan.

Hanya mereka yang kaya yang bisa mengakses pendidikan dengan leluasa. Pendidikan di sekolah A, B, maupun C hanya diperuntukkan mereka yang berasal dari keluarga dengan kebebasan finansial.

Itu lah yang dialami oleh Sonia. Ketidakmampuan Sonia untuk memiliki sepatu membuka pintu intimidasi dan tidak mau tahu dari tenaga pendidik di sekolah.

Intimidasi kemudian diiringi dengan keengganan untuk mempelajari bahwa pengajaran yang tepat yang diberikan kepada Sonia, 'seharusnya' dilakukan dengan cara yang lebih inklusif.

  • Support System dan Sekolah Alternatif 

Inklusivitas secara konsisten menjadi hal yang terus dipelajari, dikembangkan, dan direalisasikan dalam dalam pendidikan hingga hari ini. Berbicara soal inklusivitas pendidikan bisa dimulai dari berbicara soal sistem pendidikan.

Baca Juga: Review Film Wicked, Ketika Penyihir Juga Punya Kisah untuk Didengar

Dewasa ini, sistem pendidikan di dunia semakin digandrungi dengan munculnya sekolah-sekolah alternatif, yang menawarkan kurikulum, penjelasan teori, hingga praktik yang dinstingtif dari sekolah formal/pemerintah.

Prithvi Konanur selaku produser Bird of A Different Feather menerangkan bahwa ia menemukan beberapa sekolah alternatif yang ada di Indonesia.

"Saya tidak tahu mengenai (sekolah alternatif) di India, namun saya menemukan beberapa (sekolah serupa) di India, dengan pembelajaran yang interaktif dengan alam," ujar Prithvi, pada penayangan film Bird of A Different Feather di Empire XXI Yogyakarta, Indonesia, Jumat (22/11/2024) lalu.

"Mereka (para siswa) tidak hanya belajar soal (mata pelajaran yang biasa diajarkan), namun juga seperti apa rasanya mendapatkan support system ketika belajar," kata Prithvi menyambung.

Sekolah alternatif--seperti namanya, merupakan alternatif yang ditawarkan para pejuang pendidikan dari sekolah 'tradisional'. Sekolah ini tidak hanya mengasah siswa untuk berpikir secara mandiri namun melibatkan kedekatan 'emosional' yang jarang diperoleh di sekolah formal.

Sekolah alternatif juga membuka potensi bagi mereka dengan kebutuhan khusus, untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih setara ketimbang sekolah formal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI