"Bagus banget filmnya. Cuma bang, kalau nggak bisa tembus 2 juta lebih mohon bang Joko jangan kecewa. Penonton kita belum siap film-film model ginian bang,” ujar netizen lainnya.
Pengepungan di Bukit Duri memang bukan film biasa. Berlatar 2027, film ini mengangkat cerita tentang Edwin (Morgan Oey), seorang guru pengganti yang menerima pekerjaan di SMA Duri yang berisi anak-anak bermasalah.
Dalam perjalanannya, Edwin berusaha membangun relasi dengan para siswa yang sulit diatur, sambil mencari keponakannya yang hilang.
Namun, ketika kerusuhan sosial tiba-tiba melanda kota, Edwin terjebak di dalam sekolah, berhadapan dengan sekelompok siswa brutal yang ingin menyingkirkan mereka.
Tak hanya menuai pujian dari penonton, Pengepungan di Bukit Duri.juga mendapat sorotan positif dari kritikus film.
Film ini secara emosional membawa penonton kembali ke tragedi kerusuhan Mei 1998, terutama dalam konteks diskriminasi terhadap komunitas Tionghoa-Indonesia.
![Film Pengepungan di Bukit Duri. [X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/18/79666-film-pengepungan-di-bukit-duri.jpg)
"Pengepungan di Bukit Duri" dipuji karena berani mengangkat tema sensitif tentang ketidakadilan sosial dan kekerasan yang masih membayangi masyarakat Indonesia hingga kini.
Film yang juga dibintangi oleh Omara Esteghlel ini merupakan refleksi dari luka lama bangsa yang belum sepenuhnya sembuh, dan pentingnya menghadirkan karya yang bisa memantik diskusi.
Joko Anwar selaku sutradara menyampaikan bahwa alasan film ini baru dirilis sekarang adalah karena harapannya akan perubahan sosial yang lebih baik.
Baca Juga: Joko Anwar: Ada Guru Diajak Korupsi Kepala Sekolahnya
"Naskah ini sebenarnya sudah selesai sejak 2008. Tapi kami menunggu, berharap Indonesia akan jadi tempat yang lebih baik. Sayangnya, 17 tahun kemudian, kita masih berjuang dengan masalah yang sama," ungkapnya.