Suara.com - Film terbaru dari waralaba Final Destination yang berjudul Final Destination: Bloodlines dipastikan akan tayang di Indonesia tanpa sensor apa pun.
Pengumuman ini menjadi kejutan menyenangkan bagi penonton Tanah Air, terutama mereka yang sudah lama mengikuti franchise ikonik ini.
Dalam unggahan di media sosial, Warner Bros. Indonesia menegaskan, "Tidak ada pemotongan. Tidak diperbesar. Tidak diburamkan."
Lalu, apa saja alasan yang membuat Final Destination: Bloodlines wajib ditonton, khususnya di layar lebar Indonesia? Berikut lima alasan utamanya!
1. Tayang Tanpa Sensor di Indonesia
Salah satu daya tarik utama Final Destination: Bloodlines adalah janji tayang utuh tanpa sensor.
Di era di mana banyak film horor kerap terkena potongan atau pengaburan adegan demi lolos sensor, hal ini tentu menjadi keistimewaan tersendiri.
Penonton bisa menikmati semua adegan intens, sadis, dan menegangkan sesuai dengan visi sang sutradara dan penulis naskah.
Janji "murni dan sadis" ini sejalan dengan reputasi franchise Final Destination yang selalu menampilkan adegan kematian dengan koreografi mengerikan dan tak terduga.
Baca Juga: Setelah 41 Hari Tayang, Jumbo Akhirnya Lampaui Rekor Jumlah Penonton Agak Laen
2. Indonesia Jadi Negara Pertama yang Menayangkannya
Menariknya, Indonesia mendapatkan kehormatan untuk menayangkan film ini lebih awal dari jadwal rilis global.
Sneak preview sudah dimulai pada 9 dan 10 Mei 2025, sementara penayangan reguler dimulai 14 Mei 2025.
Sementara itu, rilis global dari Final Destination: Bloodlines baru akan dilakukan pada 16 Mei.
Ini membuat penggemar horor di Indonesia bisa menjadi yang pertama menikmati kengerian terbaru dari sang Maut.
3. Kisah Baru yang Lebih Kelam dan Personal
Berbeda dari formula sebelumnya yang berulang, di mana sekelompok orang lolos dari kematian lalu satu per satu dikejar oleh takdir, Bloodlines menawarkan pendekatan baru yang lebih dalam dan kelam.
Kali ini, cerita berpusat pada Iris Campbell, yang pernah selamat dari tragedi pesta di lantai kaca sebuah gedung pencakar langit.
Namun, bertahun-tahun kemudian, anggota keluarganya mulai mengalami serangkaian kematian misterius.
Apa yang membuat cerita ini semakin mengerikan adalah ide bahwa "Kematian" tidak lagi terburu-buru membalas dendam.
Alih-alih langsung membunuh para penyintas, kini dia menunggu hingga mereka memiliki keluarga dan kehidupan bahagia, lalu menghancurkan semuanya sekaligus.
Pendekatan ini membuat konflik emosional dalam film menjadi jauh lebih tajam dan menghantui.
4. Karakter dan Pemeran Menarik
Film ini memperkenalkan keluarga besar Campbell dan Lewis, yang masing-masing punya dinamika dan konflik internal menarik.
Di tengah mereka ada Stefani (Kaitlyn Santa Juana), mahasiswi muda yang menjadi tokoh sentral dalam mencoba memutus siklus kematian.
Pemeran lain seperti Gabrielle Rose, Max Lloyd-Jones, dan Rya Kihlstedt turut memperkuat jajaran karakter, yang siap menjadi korban dari berbagai kecelakaan mengerikan khas Final Destination.
Dengan banyaknya anggota keluarga, film ini menjanjikan berbagai adegan kematian dengan pendekatan kreatif dan mengejutkan, sesuatu yang selalu dinanti oleh penggemar waralaba ini.
5. Penampilan Terakhir Tony Todd dalam Franchise
Tak lengkap membicarakan Final Destination tanpa menyebut William Bludworth, sosok misterius pemilik rumah duka yang tampaknya memahami cara kerja Kematian.
Diperankan oleh Tony Todd, karakter ini telah menjadi ikon dalam seri Final Destination.
Bloodlines akan menjadi penampilan terakhir Todd dalam franchise ini, setelah aktor tersebut meninggal dunia tahun lalu pada usia 69 tahun.
Bagi banyak penonton, kehadiran Todd adalah elemen nostalgia yang menambah atmosfer kelam dan mistis film.
Penampilan terakhirnya di layar akan menjadi penghormatan yang pantas untuk warisan horor yang ia tinggalkan.
Dengan semua keistimewaan tersebut, Final Destination: Bloodlines bukan sekadar lanjutan dari franchise terkenal.
Film ini adalah evolusi dari cerita yang sudah berjalan selama kurang lebih 25 tahun.
Bagi para penonton horor, kesempatan menyaksikannya tanpa sensor dan lebih awal dari negara lain jelas merupakan pengalaman yang tidak boleh dilewatkan.
Siapkah kamu menghadapi takdir yang tidak bisa dihindari?
Kontributor : Chusnul Chotimah