Tayang 26 Juni, Jodoh 3 Bujang Soroti Pergeseran Makna Tradisi Pernikahan di Makassar

Selasa, 27 Mei 2025 | 08:59 WIB
Tayang 26 Juni, Jodoh 3 Bujang Soroti Pergeseran Makna Tradisi Pernikahan di Makassar
Suasana jumpa pers perilisan trailer film Jodoh 3 Bujang di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri layar lebar Tanah Air bakal diramaikan lagi dengan karya film yang terinspirasi dari kisah nyata.

Kali ini, giliran rumah produksi Starvision yang mengangkat fenomena sosial dari Makassar lewat film Jodoh 3 Bujang.

“Ini adalah kisah nyata dan ini menarik sekali. Ada muatan-muatan esensial yang butuh kami bawa ke sinema Indonesia,” ujar Chand Parwez selaku produser film Jodoh 3 Bujang dalam sesi perilisan trailer di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025.

Jodoh 3 Bujang berkisah tentang tiga bujang bersaudara, Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong) yang diminta orang tuanya untuk menikah kembar, karena keterbatasan biaya dalam memenuhi tradisi.

Namun, calon Fadly tiba-tiba dijodohkan orang tuanya dengan pria yang lebih mapan, sehingga harus menemukan jodoh penggantinya dalam waktu singkat agar pernikahan kembar mereka tetap bisa diselenggarakan.

Kata Arfan Sabran selaku sutradara dan penulis skenario film Jodoh 3 Bujang, masalah yang dihadapi tokoh sentral dalam alur ceritanya sudah marak terjadi di Makassar.

Suasana jumpa pers perilisan trailer film Jodoh 3 Bujang di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Suasana jumpa pers perilisan trailer film Jodoh 3 Bujang di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Senin, 26 Mei 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Arfan Sabran, yang orang asli Makassar, tahu betul bagaimana tradisi uang panai dari calon mempelai laki-laki untuk calon mempelai perempuan mulai mengalami pergeseran makna di era modern ini.

Dalam tayangan trailer pun, tergambar jelas bagaimana Fadly terpaksa merelakan kekasihnya dipinang lelaki lain karena sanggup memberikan uang panai lebih tinggi dari keluarganya.

“Uang panai ini sudah bergeser maknanya di era flexing zaman ini,” kata Arfan Sabran.

Baca Juga: Siap Salip KKN di Desa Penari, Film Jumbo Cetak 9,8 Juta Penonton

Pergeseran makna uang panai itu juga, yang kemudian disebut Arfan Sabran memicu lagi maraknya tradisi nikah kembar di Makassar.

Oleh mereka yang menjalankan, nikah kembar dianggap sebagai salah satu solusi untuk tetap bisa menggelar pernikahan di tengah buruknya situasi ekonomi.

Mengingat nikah kembar biasanya diikuti dua atau lebih pasangan yang memiliki hubungan kekerabatan dan dinikahkan secara bersamaan dalam satu upacara adat.

“Nikah kembar itu kemudian jadi solusi untuk sebuah tekanan ekonomi yang ada di Makassar,” terang Arfan Sabran.

Sudah sejak tahun 2019, batin Arfan Sabran terusik dengan isu sosial yang terjadi di Makassar buntut pergeseran makna tradisi sebelum menggelar pernikahan.

“Mas Arfan bilang, ‘Pak, kalau film ini dibuat oleh bapak, saya sudah senang karena kearifan lokal Makassar bisa diangkat menjadi sebuah film’,” kenang Chand Parwez.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI