Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar dukungan dari warganet. Banyak dari mereka menyuarakan kekhawatiran akan nasib generasi mendatang jika alam Raja Ampat tidak segera diselamatkan.
"Jangan sampai keindahan Raja Ampat cuma jadi kenangan buat anak cucu kita," tulis salah satu warganet.
"Kejamnya ya Allah. Stop!" tulis netizen lain. Ada juga yang menyoroti pentingnya Raja Ampat sebagai rumah bagi beragam biota laut.
"Raja Ampat sangat punya banyak kekayaan baharinya. Rumah bagi terumbu karang dan biota laut lainnya," imbuh yang lain.
Isu tambang nikel di Raja Ampat juga kembali mencuat ke permukaan setelah aksi mengejutkan dari empat aktivis Greenpeace di ajang Indonesia Critical Minerals Conference & Expo yang digelar di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Dalam momen yang cukup dramatis itu, para aktivis membentangkan spanduk besar saat Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno tengah menyampaikan pidato.
Mereka menyuarakan kritik terhadap program hilirisasi nikel yang disebut merusak lingkungan dan memicu konflik sosial di wilayah-wilayah penghasil nikel, termasuk Papua.
“Pemerintah bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang terjadi di Raja Ampat, di Papua. Save Raja Ampat!” teriak salah satu aktivis, yang diketahui merupakan pemuda asli Papua.
Aksi mereka pun dihentikan oleh petugas keamanan, namun para aktivis tetap menyuarakan protes meskipun sedang diseret keluar ruangan.
Baca Juga: Sosok Victor Tanoni yang Diduga Pacar Baru Rachel Vennya, Ternyata Mantan Angela Gilsha
“Save Raja Ampat, Papua bukan tanah kosong!” ujar salah satu aktivis dengan suara lantang.
Tiga spanduk kuning besar yang dibawa dalam aksi tersebut turut menarik perhatian.
Spanduk-spanduk itu bertuliskan pesan protes seperti: “What’s the true cost of your nickel?”, “Nickel mines destroy lives”, dan “Save Raja Ampat from nickel mining.”
Meningkatnya permintaan global terhadap nikel sebagai bahan utama baterai kendaraan listrik memang membuat industri ini terus berkembang.
Namun, para aktivis dan pegiat lingkungan mengingatkan bahwa pembangunan tidak boleh mengorbankan lingkungan dan masyarakat lokal.
Seruan #SaveRajaAmpat kini telah menjadi isu nasional dan bahkan menarik perhatian internasional.