Melanie Subono: Ribuan Kasus Raja Ampat Belum Terungkap, Indonesia Darurat Perampasan

Minggu, 08 Juni 2025 | 21:37 WIB
Melanie Subono: Ribuan Kasus Raja Ampat Belum Terungkap, Indonesia Darurat Perampasan
Melanie Subono tahu ada isu lain yang berkaitan dengan kerusakan alam. [Instagram/melaniesubono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Melanie Subono akhirnya tergerak untuk ikut buka suara soal tambang nikel yang berpotensi merusak lingkungan Raja Ampat.

Lewat sebuah tulisan panjang di Instagram, Minggu, 8 Juni 2025, Melanie Subono menyebut kasus di Raja Ampat cuma satu dari ribuan masalah yang terungkap.

"Ada ribuan Raja Ampat lain yang nggak naik ke permukaan," ujar Melanie.

Melanie Subono sudah sejak tahun lalu menampung keluhan tentang eksploitasi kekayaan alam tanah Papua.

"Kalau nggak salah dari setahun lalu, bukan soal si nikel-nikel ini, tapi ini salah satu dari banyak aksi, bahkan juga dari tahun-tahun sebelumnya," kata Melanie.

Masalah yang Melanie Subono tahu pun bukan seputar pembukaan lahan tambang saja, melainkan ada isu-isu lain yang berkaitan dengan kerusakan alam.

"Ada tambang, perampasan lahan, hutan adat dialih fungsi tidak sesuai caranya, itu sama saja," beber Melanie.

Melanie Subono. [Instagram/melaniesubono]
Melanie Subono tahu ada isu lain yang berkaitan dengan kerusakan alam. [Instagram melaniesubono]

Bedanya, masalah datang dari wilayah-wilayah yang tidak sepopuler Raja Ampat.

Kata Melanie Subono, para tokoh adat kesulitan mencari dukungan dari publik figur yang punya pengaruh kuat untuk ikut menyuarakan keresahan mereka.

Baca Juga: Raja Ampat Terancam Aktivitas Tambang, Dirjen Minerba: Lahan Cukup Bagus

"Saat itu, masyarakat adat sudah mengajak para publik figur. Tapi, belum ada hasilnya. Mungkin jadwalnya nggak pas," kata Melanie.

Selagi kasus penambangan di Raja Ampat masih disorot, Melanie Subono mengajak mereka yang punya pengaruh untuk ikut menyuarakan penolakan bersama-sama.

"Bersuara untuk mereka yuk, Indonesia sudah darurat perampasan," ajak Melanie.

Sekali lagi, Melanie Subono bukan anti dengan setiap kegiatan pertambangan.

Masih banyak kegiatan pertambangan lain yang Melanie Subono biarkan karena tidak menyalahi aturan dan tata caranya.

"Banyak kok, tambang yang gue diemin karena peruntukan dan jalannya masih sesuai aturan," kata Melanie.

Bahkan, Melanie Subono sendiri juga bekerja sama dengan beberapa pengusaha tambang.

"Gue tidak anti tambang. Bahkan, gue ada beberapa kerja sama dengan satu atau dua tambang," aku Melanie.

Melanie Subono cuma menentang pegiat tambang yang menjalankan bisnis mereka dengan melanggar aturan, bahkan sampai mengabaikan dampak kerusakan lingkungan yang bisa terjadi.

"Semua ada cara dan aturannya. Di situ tertulis, area seperti apa yang boleh, caranya dan lain-lainnya," papar Melanie.

Cerita kerusakan alam Raja Ampat pertama dibagikan oleh organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, lewat sebuah unggahan di akun Instagram mereka baru-baru ini.

"The Last Paradise. Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah," keluh Greenpeace dalam keterangan unggahannya.

Sebelum masuk ke Raja Ampat, pertambangan nikel yang jadi bagian program hilirisasi disebut Greenpeace sudah meninggalkan kerusakan di berbagai tempat.

"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," papar Greenpeace.

Ada andil PT Antam di balik praktek pertambangan nikel yang menimbulkan kerusakan alam di wilayah Raja Ampat.

Dengan demikian, Greenpeace menuntut pemerintah mengambil sikap untuk mencegah kerusakan alam lebih parah di Raja Ampat.

"Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi," tegas Greenpeace.

Unggahan Greenpeace pun viral dan membuat banyak pihak ikut bersuara tentang kerusakan alam Raja Ampat imbas pertambangan nikel.

Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia memastikan bahwa lokasi pertambangan nikel tidak merusak lokasi wisata di Raja Ampat.

Bahkan, lokasi penambangan nikel yang kini dipermasalahkan berjarak puluhan kilometer dari titik yang biasa dikunjungi turis.

Namun karena sedang mendapat sorotan tajam, izin pertambangan nikel di wilayah Raja Ampat juga diberhentikan sementara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI