Diusir saat Tengok Tambang Raja Ampat, Angela Gilsha: Ini Legal Kan? Kenapa Enggak Boleh Lihat?

Rabu, 11 Juni 2025 | 18:43 WIB
Diusir saat Tengok Tambang Raja Ampat, Angela Gilsha: Ini Legal Kan? Kenapa Enggak Boleh Lihat?
Angela Gilsha. [Instagram]

Suara.com - Angela Gilsha mengalami peristiwa kurang menyenangkan saat menyempatkan diri menengok lokasi tambang di Raja Ampat, Papua, baru-baru ini.

Meski hanya memerhatikan dari jauh, Angela Gilsha dan rombongan tetap mendapat peringatan keras dari petugas jaga di area pertambangan.

"Di situ ada petugas keamanan yang membunyikan klakson dari atas pulaunya. Keras banget bunyinya," kata Angela, dalam sebuah video yang ditampilkan akun Instagram Greenpeace Indonesia, Rabu, 11 Juni 2025.

Angela Gilsha sempat panik saat melihat reaksi petugas yang mengusir rombongannya dari area sekitar lokasi tambang.

Sebab dari pemberitaan yang beredar, artis 30 tahun tersebut sempat melihat klaim pemerintah tentang keberadaan izin melakukan pertambangan di wilayah Raja Ampat.

"Kenapa kami diklaksonin? Ini legal kan di sini? Kenapa memangnya? Enggak boleh lihat?," ujar Angela menyindir.

Parahnya lagi, Angela Gilsha dan rombongan sempat dikejar kapal tidak dikenal usai mereka bergerak meninggalkan wilayah perairan di sekitar lokasi pertambangan.

"Kami dikejar sama sebuah perahu cepat, dan aku enggak tahu itu siapa," imbuh bintang sinetron Anak Langit.

Yang ada di pikiran Angela Gilsha sebelumnya, pihak pengelola kawasan pertambangan cuma ingin menakut-nakuti rombongannya dengan menurunkan kapal di wilayah mereka.

Baca Juga: Lihat Langsung Kerusakan Raja Ampat Akibat Tambang Nikel, Angela Gilsha Dikejar Kapal Tak Dikenal

"Aku pikir cuma buat nakut-nakutin doang, atau mungkin ya kepo, ini siapa," ucap Angela Gilsha.

Kondisi salah satu pulau di Raja Ampat yang ditambang oleh perusahaan nikel. [IG Greenpeace Indonesia]
Kondisi salah satu pulau di Raja Ampat yang ditambang oleh perusahaan nikel. [IG Greenpeace Indonesia]

Kapal tak dikenal itu bahkan membuntuti Angela Gilsha dan rombongan sampai ke area dekat penginapan mereka.

"Itu kami bener-bener diikutin sampai jauh banget," tutur Angela Gilsha.

Angela Gilsha sendiri awalnya berkunjung ke Pulau Kawe, Raja Ampat untuk menikmati keindahan alam bawah laut di sana.

"Pulau itu bener-bener indah banget. Rasanya kayak unreal ada di situ. Pasir putih, koralnya warna neon, semua ikan warna-warni ada di situ. Cantik banget," kata Angela Gilsha.

Kalaupun akhirnya melintas di pulau yang kini jadi area tambang, Angela Gilsha cuma penasaran dengan gambaran situasi yang ada di sana.

Mengingat sebelumnya, banyak yang bersuara di media sosial tentang potret kerusakan Raja Ampat cuma hasil rekayasa kecerdasan buatan atau AI.

"Di situ, aku lihat secara langsung dengan mata kepala sendiri, pulau yang setengahnya, bagian atasnya itu udah terkeruk, sudah berupa tanah-tanah, dan sudah banyak alat berat di situ," ujar Angela.

Cerita kerusakan alam Raja Ampat juga pertama dibagikan oleh Greenpeace, lewat sebuah unggahan di akun Instagram mereka baru-baru ini.

"The Last Paradise. Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah," tulis Greenpeace dalam keterangan unggahannya.

Sebelum masuk ke Raja Ampat, pertambangan nikel yang jadi bagian program hilirisasi disebut Greenpeace sudah meninggalkan kerusakan di berbagai tempat.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat mengunjungi lokasi tambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat [Suara.com/Kementerian ESDM]
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat mengunjungi lokasi tambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat [Suara.com/Kementerian ESDM]

"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," kata Greenpeace.

Ada andil PT Antam di balik praktek pertambangan nikel yang menimbulkan kerusakan alam di wilayah Raja Ampat.

Dengan demikian, Greenpeace menuntut pemerintah mengambil sikap untuk mencegah kerusakan alam lebih parah di Raja Ampat.

"Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi," ujar Greenpeace.

Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia sempat bersikeras bahwa lokasi pertambangan nikel tidak merusak lokasi wisata di Raja Ampat.

"Piaynemo itu pulau pariwisatanya Raja Ampat. Saya sering ke Raja Ampat. Pulau Piaynemo dengan Pulau GAG itu kurang lebih sekitar 30 kilometer sampai dengan 40 kilometer," ucap Bahlil dalam pernyataannya di Jakarta, baru-baru ini.

Bahkan, Bahlil Lahadalia mengklaim bahwa masyarakat di lokasi pertambangan nikel pun memberikan dukungannya ke pemerintah.

Bahlil Lahadalia, dalam kunjungannya ke Pulau GAG, menyaksikan sendiri bagaimana penduduk di sana malah mendorong pemerintah melanjutkan proyek pertambangan nikel.

Namun pada akhirnya, izin pertambangan di wilayah Raja Ampat tetap diberhentikan sementara karena terlanjur memancing kemarahan rakyat. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI