Suara.com - Adaptasi live-action dari film animasi populer How to Train Your Dragon (2010) sudah bisa disaksikan di Indonesia mulai Rabu, 11 Juni 2025.
Film ini menjadi salah satu adaptasi yang paling dinantikan karena mengusung kembali kisah ikonik Hiccup dan naga kesayangannya, Toothless.
Meski Dean DeBlois, sutradara trilogi animasinya kembali menggarap versi live-action, tetap ada sejumlah perbedaan mencolok antara keduanya.
Berikut ini beberapa aspek penting yang membedakan versi animasi dan live-action, tanpa mengabaikan kesamaan mendasarnya.
Kartun Ekspresif vs Realisme Fantastis

Film animasi How to Train Your Dragon (2010) dikenal karena visual animasinya yang luar biasa dan penuh warna.
CGI digunakan untuk menciptakan dunia fantastis desa Berk, naga-naga dengan desain imajinatif, serta adegan terbang yang sangat memukau dan penuh emosi.
Desain karakter dibuat dengan gaya kartun yang ekspresif, membuat hubungan antara karakter terasa hidup dan menyentuh hati penonton dari berbagai usia.
Sebaliknya, versi live-action 2025 mencoba membawa dunia Berk ke arah yang lebih realistis.
Naga-naga, termasuk Toothless, digambarkan dengan detail luar biasa menggunakan teknologi CGI terkini, menyerupai makhluk hidup nyata.
Baca Juga: Dapat Respons Luar Biasa, Diary Misteri Sara Spesial Cirebon Trending di YouTube
Desa Berk juga tampak lebih "kasar" dan dekat dengan dunia nyata, meskipun tetap mempertahankan beberapa elemen visual dari film aslinya.
Adegan-adegan ikonik seperti saat Hiccup menyentuh Toothless tetap dihadirkan, tetapi dengan suasana yang lebih suram dan sinematik.
Penyegaran Wajah, Jiwa Tetap Sama

Salah satu perbedaan mencolok antara How to Train Your Dragon versi animasi dan live action adalah pemilihan pemeran.
Jay Baruchel yang mengisi suara Hiccup di versi animasi digantikan oleh Mason Thames.
Aktor muda ini dianggap mampu merepresentasikan karakter Hiccup secara fisik, kurus dan tidak sesuai dengan stereotip Viking.
Penampilannya juga dianggap cocok membawakan kelembutan dan keberanian yang menjadi inti karakter tersebut.
Astrid, yang semula disuarakan oleh America Ferrera, kini diperankan oleh Nico Parker.
Penampilannya memang berbeda, dengan warna kulit dan rambut yang lebih gelap dibandingkan Astrid versi animasi.
Namun peran ini diharapkan membawa nuansa baru tanpa mengubah karakter dasarnya sebagai pejuang kuat dan cerdas.
Gerard Butler menjadi satu-satunya aktor dari versi animasi yang kembali memerankan karakter Stoick the Vast secara fisik.
Keputusannya kembali disambut hangat penggemar karena kehadirannya memperkuat kesinambungan emosional dengan film aslinya.
Karakter pendukung lainnya juga diisi oleh aktor-aktor baru seperti Nick Frost, Julian Dennison, dan Bronwyn James.
Ramah Keluarga vs Pendekatan Dewasa

Cerita utama How to Train Your Dragon versi animasi berkisar pada perubahan perspektif seorang remaja terhadap naga dan tradisi desanya.
Dengan nada ringan, penuh humor, dan momen-momen emosional, film ini cocok untuk ditonton seluruh keluarga.
Namun, versi live-action tampaknya ingin memperdalam sisi dramatis dan mitologis dari cerita.
Trailer dan informasi awal mengindikasikan bahwa film ini akan memiliki tone yang lebih serius, menggugah emosi, dan ditujukan kepada penonton yang lebih dewasa.
Meski demikian, esensi ceritanya tetap sama yakni tentang persahabatan, keberanian, dan perubahan pandangan terhadap perbedaan.
Kenapa Nonton Versi Animasi Tetap Disarankan?

Bagi penonton yang belum pernah menyaksikan versi animasi, sangat disarankan untuk menontonnya terlebih dahulu sebelum versi live-action.
Live-action ini disebut sebagai adaptasi yang sangat setia denga versi animasinya, bahkan mereplikasi beberapa adegan secara "shot-for-shot."
Menonton versi animasi akan memberikan dasar emosional yang kuat terhadap karakter dan hubungan mereka, khususnya antara Hiccup dan Toothless.
Selain itu, kamu akan lebih menghargai upaya CGI dalam live-action setelah melihat imajinasi visual di versi animasi.
Film animasi How to Train Your Dragon telah memenangkan berbagai penghargaan dan diakui sebagai salah satu animasi terbaik dalam dekade terakhir.
Tunggu apa lagi, saksikan film How to Train Your Dragon versi live action di bioskop terdekat. Ada format 3D-nya juga, lho!
Kontributor : Chusnul Chotimah