Suara.com - Pernyataan kontroversial Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut kasus pemerkosaan dalam kerusuhan 1998 cuma buah bibir, kini ikut disorot Pandji Pragiwaksono.
Pandji, dalam salah satu kontennya di YouTube, sempat mengulang kata-kata Fadli Zon yang mempertanyakan bukti pemerkosaan.
"Dia bilang, pemerkosaan massal tuh buktinya mana? Cerita-cerita doang itu," kata Pandji Pragiwaksono, dalam video yang ditayangkan untuk publik pada Selasa, 24 Juni 2025.
Dalam hal pemilihan diksi cerita, Pandji Pragiwaksono sepakat dengan Fadli Zon.
Pandji sendiri pernah mendengar berbagai versi cerita tentang ketakutan perempuan-perempuan keturunan Tionghoa akan tindak pemerkosaan saat kerusuhan 1998 pecah.

Salah satunya seperti salah satu perempuan yang selamat dari pemerkosaan, dan sempat diundang ke stasiun televisi untuk berbagi kisahnya.
"Gue ingat, ada salah satu wawancara di stasiun teve, tapi gue lupa stasiun teve-nya apa. Ada lah, seorang perempuan etnis Tionghoa, yang panik karena ngelihat orang-orang Cina dibunuh, orang-orang keturunan Tionghoa dibakar, diperkosa. Dia panik, dia shock, enggak bisa gerak," ujar Pandji Pragiwaksono.
"Lalu ada seorang pria, Melayu, ngasih topi yang dia pakai ke kepala perempuannya, ditutup, terus disuruh kabur. Perempuan itu, di stasiun teve masih bawa topinya, nangis-nangis, mau bilang terima kasih sama yang kasih topi ini," ucap sang komika.
Pandji Pragiwaksono juga pernah mendengar cerita seorang dokter, yang mengobati perempuan keturunan Tionghoa yang terluka parah karena berusaha menyelamatkan diri dari pemerkosaan.
Baca Juga: Imbas Sebut Pemerkosaan Massal 98 Cuma Rumor, DPR Segera Panggil Menbud Fadli Zon
"Ada juga seorang dokter, yang mengobati perempuan etnis Tionghoa yang luka parah karena lompat keluar dari jendela, karena takut mau diperkosa. Jadi, di depan dia, ada perempuan etnis Tionghoa yang lagi diperkosa," tutur Pandji.
Cerita-cerita tersebut, kata Pandji Pragiwaksono, memang belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Sebab, tim gabungan pencari fakta bentukan Presiden B.J. Habibie pada saat itu pun tidak bisa membuktikan 54 aduan yang datang ke mereka.
"Presiden Habibie, waktu itu bikin tim gabungan pencari fakta. Isinya adalah Pemerintah, LSM, Komnas HAM, dan gue lupa masih ada siapa aja. Setelah mereka melakukan proses panjang untuk mencari tahu kejadian tersebut, muncul laporan bahwa ada 54 pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa," imbuh Pandji.
"Nah, hasil laporan ini diserahkan ke Jaksa Agung. Dari Jaksa Agung, tidak ada satu pun laporan tersebut yang ditindaklanjuti, karena datanya tidak lengkap. Jadi, memang tidak pernah ketemu ujung titik terangnya, karena tidak pernah diusut," katanya melanjutkan.
Namun, bukan berarti Pandji Pragiwaksono membenarkan sikap Fadli Zon dalam membantah isu pemerkosaan massal saat kerusuhan 1998.
Fadli Zon tetap dilihat Pandji melakukan kesalahan besar, karena tidak memikirkan perasaan mereka-mereka yang mungkin saja memang menjadi korban.
"Sebenarnya, kalau ditanya kesalahan Fadli Zon yang paling nyata adalah, pernyataan itu diungkap tanpa memikirkan perasaan orang yang memang merupakan korban," kata Pandji.
"Tidak susah untuk menemukan orang yang menjadi korban. Walaupun harus gue akui, tidak mudah juga untuk mereka maju ke permukaan dan mengungkapkan ceritanya. Ya, ini berkaitan dengan masa lalu," ujarnya.
Pandji Pragiwaksono berharap, mereka yang benar-benar jadi korban pemerkosaan di tahun 1998 mau buka suara, setidaknya di hadapan Fadli Zon saja.
"Harapan gue sih, kekesalan mereka terhadap Fadli Zon, membuat korban-korban ini berani untuk speak up dan bilang di depan Fadli Zon secara langsung, 'yang lo bilang isapan jempol dan cuma cerita, gue ini adalah korbannya'," imbuh Pandji.
Lewat tindakan tersebut, setidaknya mereka yang benar-benar jadi korban bisa menyodorkan buktinya langsung ke Fadli Zon.
"Gue ragu sih, Fadli Zon bisa bilang, 'ya itu juga lo kan cerita doang'. Enggak mungkin sih kalau di depan orangnya langsung," ucap Pandji.