Suara.com - Gelombang baru film horor Indonesia terus menunjukkan tajinya di panggung hiburan, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mata dunia.
Keunikan yang berakar pada folklor dan legenda urban terbukti menjadi daya tarik utama yang membedakannya dari genre horor lainnya.
Di tengah kebangkitan ini, LYTO Pictures siap melepas karya terbarunya, Pamali: Tumbal, yang akan mulai menghantui bioskop pada 7 Agustus 2025.
Film ini menjanjikan teror yang lebih kelam dengan mengangkat dua entitas mengerikan dari khazanah mistis Nusantara: Tuyul dan Kuntilanak Hitam.
![Film Pamali: Tumbal siap tayang pada 7 Agustus 2025. [LYTO Pictures]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/10/98239-film-pamali-tumbal.jpg)
Trailer resmi yang baru saja dirilis langsung menyajikan atmosfer mencekam.
Cerita berpusat pada Putri (diperankan oleh Keisya Levronka), seorang gadis desa yang hidupnya mendadak jungkir balik.
Desa tempatnya tinggal dilanda serangkaian peristiwa ganjil: banyak perempuan menghilang secara misterius dan uang warga raib tanpa jejak.
Puncaknya adalah ketika Ibunda Putri menjadi korban, hilang setelah diduga mengambil uang tumbal yang tergeletak di jalan.
Bertekad menyelamatkan ibunya, Putri tidak sendirian. Ia dibantu oleh dua sahabatnya, Kiki (Ummi Quary) dan Cecep (Fajar Nugra), untuk mengurai misteri yang menyelimuti desa mereka.
Baca Juga: Sempat Diragukan, Kritikus Balik Memuji Superman Versi James Gunn
Namun, perjalanan mereka untuk mencari jawaban justru menyeret ketiganya ke dalam pusaran kejadian mistis yang lebih dalam dan tragedi yang tak terhindarkan.
Pertanyaan sentral yang menggantung adalah: Apakah semua malapetaka ini dipicu oleh perbuatan pamali yang tanpa sadar mereka langgar?
Film ini dengan cerdas menganyam narasi horor dengan kepercayaan lokal yang mungkin mulai dilupakan.
Beberapa pamali yang diangkat antara lain larangan keluar rumah saat malam hari, pamali berbicara sembarangan, hingga mitos foto bertiga yang dipercaya akan membawa nasib buruk bagi orang yang berada di posisi tengah.
Sutradara Bobby Prasetyo dan penulis Evelyn Afnilia tidak main-main dalam merancang visual monsternya.