Sikap Bijak Dicky Chandra Tanggapi Kisruh Penolakan Hindia di Tasikmalaya

Selasa, 15 Juli 2025 | 16:11 WIB
Sikap Bijak Dicky Chandra Tanggapi Kisruh Penolakan Hindia di Tasikmalaya
Baskara Putra alias Hindia. [Instagram]

Suara.com - Penolakan terhadap penampilan proyek musik Baskara Putra seperti Hindia, Feast dan Lomba Sihir di festival Ruang Bermusik pada 19 dan 20 Juli 2025 di Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi sorotan. 

Pemicu utama datang dari isu penayangan logo satanik yang kerap dihubung-hubungkan dengan penampilan band-band tersebut, mengingatkan pada insiden serupa di Aceh sebelumnya pada Juni 2025.

Menanggapi kisruh ini, Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Dicky Chandra, menunjukkan sikap bijak dengan mengedepankan komunikasi dan solusi terbaik.

Dicky Chandra menekankan pentingnya komunikasi yang telah disepakati dengan Baskara Putra setelah kejadian sebelumnya. 

Ia meyakini bahwa penyelenggara acara (EO) tidak memiliki niat buruk sama sekali, dan hanya ingin menghadirkan Baskara beserta kolega bagi penggemar mereka di Tasikmalaya.

"Kalau melihat aturan yang kemarin, karena sudah ada kesepakatan setelah kejadian sebelumnya, kan ada perjanjian yang diharuskan ada komunikasi. Mungkin ini sudah ditepati," ujar Dicky dalam wawancara di Tasikmalaya pada Minggu, 13 Juli 2025.

"Saya yakin juga teman-teman dari EO itu tidak ada maksud buruk sama sekali. Temen-temen EO mungkin berpikirnya, toh sebelumnya sudah pernah, kayak kejadian Aceh juga yang kemungkinan menjadi pemicu utamanya," lanjutnya.

Dicky Chandra usai dilantik sebagai Wakil Wali Kota Tasikmalaya di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis (20/2/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Dicky Chandra usai dilantik sebagai Wakil Wali Kota Tasikmalaya di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Kamis (20/2/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Dicky Chandra mengakui, situasi ini membuat tugas pemerintah kota menjadi runyam. 

Di satu sisi, pemerintah kota harus melindungi citra Tasikmalaya. Sementara di sisi lain, harus mengikuti kesepakatan yang telah dibuat tentang kebebasan berekspresi dengan mematuhi norma sosial.

Baca Juga: Fadli Zon Bantah Pemerkosaan Massal 1998, Baskara Putra: Semoga yang Menyangkal Dibakar Api Neraka

"Ini jadi pelik. Di satu sisi kita harus melindungi image kota Tasik, tapi di sisi lain juga harus mengikuti kesepakatan atau aturan yang sudah dibuat," jelasnya.

Dalam menghadapi perbedaan pandangan antara pihak penyelenggara dan ormas yang menolak, Dicky Chandra berharap ada keputusan yang menghasilkan solusi terbaik. 

"Saya berharap ada keputusan yang menjadikan win-win solution. Mudah-mudahan itu yang terbaik, dan dijadikan pelajaran setiap kejadian. Supaya ke depan bisa lebih menjaga image kota Tasik, bisa tetap berkreasi, tapi tanpa harus melanggar norma atau aturan-aturan sebenarnya di kota Tasik," harapnya.

Dicky tidak melihat ormas yang melakukan penolakan sebagai kaum anti kesenian, namun lebih peduli terhadap generasi muda dari kerusakan. 

"Saya tidak suuzon. Temen-temen dari ormas tidak anti terhadap konser, tapi mungkin lebih peduli kepada generasi bangsa supaya tidak rusak dari sisi apa pun juga," ungkapnya.

Lebih lanjut, Dicky Chandra menekankan bahwa proyek musik Baskara Putra juga tidak bisa disalahkan, karena sebelumnya sudah pernah tampil di Tasikmalaya dan terbukti kondusif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI