Suara.com - Kepercayaan yang hancur seringkali lebih menyakitkan daripada kerugian materi. Inilah inti dari kisah pilu yang diungkap oleh Farel Prayoga, yang menceritakan bagaimana ia ditipu mentah-mentah oleh lingkaran terdekatnya: keluarganya sendiri.
Di balik senyum polosnya, Farel memendam kekecewaan mendalam atas skenario licik yang sengaja dirancang untuk mengelabui dan menguras hasil jerih payahnya.
Dalam obrolan emosionalnya dengan Denny Sumargo, Farel membeberkan sebuah insiden yang menjadi puncak pengkhianatan.
Insiden ini tidak hanya membuatnya kehilangan ratusan juta dalam sekejap, tetapi juga membuatnya merasa bersalah atas perbuatan yang tidak ia lakukan.
Semuanya bermula saat ia hendak membeli minuman sebelum manggung di luar kota.
"Ya udah, aku mau narik uang dulu. Eh, ternyata uangnya cuman sisa Rp56.000," kenang Farel.
Padahal, ia yakin betul saldo di ATM-nya seharusnya masih berisi sekitar seratus juta rupiah.
Panik dan bingung, ia segera menghubungi keluarganya untuk mencari jawaban.
Namun, yang ia dapatkan justru tuduhan balik yang membuatnya terpojok.
Baca Juga: Miliaran Rupiah Lenyap: Kisah Pilu Farel Prayoga Dieksploitasi Keluarga Sendiri
"Aku telepon Bapak Ibu, 'Kenapa uangku tinggal segini, ya?' 'Ya kamu aja paling yang boros gitu kan'," tutur Farel, menirukan jawaban kompak orang keluarganya.
Percaya begitu saja, Farel yang saat itu masih polos akhirnya menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku minta maaf banget sama mereka kayak benar-benar maafin aku ya kalau emang aku seboros itu," katanya.
Terbongkarnya Konspirasi Keluarga
![Farel Prayoga [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/10/11/38227-farel-prayoga.jpg)
Skenario penipuan ini begitu rapi hingga Farel tidak menaruh curiga sedikit pun.
Namun, kebohongan itu akhirnya terbongkar, bukan karena kejujuran, melainkan karena perpecahan di dalam keluarganya sendiri.
Farel mengungkap bahwa keluarganya solid dalam bersekongkol, namun rapuh saat terjadi pertengkaran internal.
"Jadi mereka tipikalnya kayak gini, mereka kalau umpamanya lagi akur sekongkol gitu mereka. Cuman kalau ada salah satu dari mereka yang bertengkar, pecah semua," jelasnya.
Benar saja, beberapa minggu setelah insiden itu, salah satu kakak perempuannya membocorkan segalanya.
"Terus habis itu singkat cerita, pada beberapa minggu gitu, Kakak yang perempuan nih cerita, cerita semuanya ternyata uangku yang hilang itu dipakai beli kuda," katanya.
Fakta bahwa ayah, ibu tiri, dan kakak laki-lakinya bersekongkol untuk membohonginya menjadi sebuah tikaman telak bagi Farel.
"Dan yang kamu sesalkan adalah kamu dibohongin gitu. Itu yang bikin hatimu kecewa ya," timpal Denny Sumargo, yang dijawab dengan anggukan oleh Farel.
Pola Kebohongan yang Berulang
Penipuan "beli kuda" hanyalah salah satu contoh. Farel menceritakan bahwa kebohongan demi kebohongan sering ia terima, terutama dari ibu tirinya ketika ditanya perihal penggunaan uangnya.
Dalih yang sering digunakan adalah investasi untuk masa depan Farel sendiri.
"Cuman waktu ku tanya ya alasannya beli tanah lah. Ini tanahnya juga buat kamu besok. Nah, kayak gitu-gitu," ungkapnya.
Rasa mudah percaya Farel ini, diakuinya, lahir dari kurangnya kasih sayang yang ia rasakan. Hal ini membuatnya rentan terhadap manipulasi dari orang-orang yang menunjukkan sedikit kebaikan kepadanya.
"Karena emang aku kurang kasih sayang dari orang tua. Jadi kayak ada orang yang baik sama aku, ya udah aku percaya sama dia gitu. Gampang percaya jadinya," akunya.
Kini, dengan semua kebenaran yang terungkap, Farel harus menelan pil pahit bahwa orang-orang yang seharusnya melindunginya justru menjadi dalang di balik penderitaannya.
Mimpi indahnya untuk membahagiakan keluarga dengan ketenarannya hancur berkeping-keping oleh pengkhianatan yang tak pernah ia bayangkan.