Kegagalan ini menjadi beban berat di pundak James Gunn, yang tidak hanya menyutradarai dan menulis naskah, tetapi juga kini menjabat sebagai co-CEO DC Studios.
Film yang diproduksi dengan anggaran fantastis sebesar US$225 juta ini kini menghadapi kenyataan pahit bahwa salah satu pasar paling vital di dunia telah menutup pintu rapat-rapat.
Sebagai babak pertama dari sebuah saga besar, performa Superman di Tiongkok adalah luka pertama yang dalam.
Jika sang ikon utama saja gagal memikat penonton, bagaimana nasib karakter-karakter DC lainnya yang akan datang?
Dunia kini mengamati dengan saksama, menanti apakah DCU mampu bangkit dari keterpurukan awalnya di Tiongkok, ataukah lonceng kematian ini akan terus bergema untuk film-film mereka selanjutnya.