Suara.com - Di balik gemerlap lampu sorot Hollywood dan citra pahlawan laga yang melekat pada Jackie Chan, tersimpan sebuah kisah kelam yang menjadi ironi terbesar dalam hidupnya.
Kisah itu bernama Etta Ng, putri biologisnya yang terlupakan, yang harus merasakan dinginnya aspal dan tidur di kolong jembatan Kanada, ribuan mil jauhnya dari istana kemewahan sang ayah.
Kenyataan pahit ini terungkap bukan dari media investigatif, melainkan dari mulut Etta sendiri.
Puncak keputusasaannya terekam dalam sebuah video memilukan yang diunggah ke YouTube pada 2018.
Bersama pasangannya, Andi Autumn, Etta dengan mata sayu memohon bantuan, menceritakan nasibnya yang terabaikan.

“Kami telah menjadi tunawisma selama sebulan karena orang tua yang homofobia. Kami hampir selalu tidur di bawah jembatan,” ungkap Etta dalam video tersebut.
Pengakuan itu sontak menjadi tamparan keras, menelanjangi kontras antara nama besar Chan yang ia sandang dan realitas hidupnya yang terpuruk.
Kisah ini berakar dari skandal perselingkuhan Jackie Chan dengan mantan Ratu Kecantikan Asia, Elaine Ng Yi-lei, pada tahun 1999.
Meski Jackie Chan secara publik mengakui perselingkuhan itu dan meminta maaf kepada keluarganya, ia membangun tembok tebal antara dirinya dan Etta sejak hari pertama.
Baca Juga: Putri Jackie Chan Hidup Jadi Tunawisma di Kanada, Jauh dari Kemewahan Sang Ayah
Hubungan ayah-anak itu tidak pernah ada. Dalam memoarnya, Never Grow Up, Jackie bahkan menegaskan tidak akan pernah membahas masa lalunya, seolah menghapus eksistensi Etta dari catatan hidupnya.

Di satu sisi, Jackie Chan pernah menunjukkan sekelumit penyesalan. Pada 2013, ia mengaku menangis saat syuting sebuah adegan karena teringat pada Xiao Long Nu, sebuah referensi samar yang diyakini publik merujuk pada Etta.
Namun, penyesalan itu tak pernah berwujud tindakan nyata.
Di sisi lain, Etta tumbuh dengan penolakan. Baginya, Jackie Chan bukanlah seorang ayah, melainkan hanya sebuah nama besar.
“Saya tidak akan mengatakan bahwa dia adalah ayah saya. Saya akan mengatakan, ‘Oh, Jackie Chan, seorang aktor,’” tutur Etta dalam sebuah wawancara, menunjukkan luka dan jarak yang tak terseberangi.
Situasi semakin rumit setelah Etta mengumumkan dirinya sebagai seorang lesbian pada 2017.
Ia berharap menemukan penerimaan, namun yang ia dapatkan justru penolakan yang lebih dalam, bahkan dari lembaga yang seharusnya melindungi.
“Kami sudah mencoba ke kantor polisi, rumah sakit, tempat penampungan komunitas LGBT, tapi tidak ada hasil,” keluhnya, menggambarkan rasa frustrasi karena merasa tak terlihat.
Tragisnya, sang ibu, Elaine Ng, justru memberikan respons yang tajam. Alih-alih membela, ia menyuruh putrinya untuk bekerja dan tidak mengandalkan nama besar ayahnya.
Pada akhirnya, kisah Etta Ng adalah potret buram dari sebuah warisan. Ia adalah anak dari seorang legenda dunia, namun hidupnya jauh dari legenda itu sendiri.
Terjebak di antara nama besar yang tak memberinya keuntungan dan dunia nyata yang menolaknya, Etta menjadi simbol hidup dari sebuah ironi memiliki segalanya atas nama, namun tidak memiliki apa-apa dalam genggaman.