Blasteran Jadi Bumerang, Hannah Al Rashid Gagal Dapat Peran Film International Gegara Kurang Asia

Senin, 28 Juli 2025 | 10:26 WIB
Blasteran Jadi Bumerang, Hannah Al Rashid Gagal Dapat Peran Film International Gegara Kurang Asia
Hannah Al Rashid. [Instagram]

Suara.com - Memiliki wajah blasteran sering kali dianggap sebagai sebuah keuntungan di industri hiburan.

Namun, aktris Hannah Al Rashid membuktikan bahwa hal itu bisa menjadi pedang bermata dua, terutama ketika berhadapan dengan stereotip rasial di industri film Internasional.

Dalam sebuah perbincangan di podcast SinEscape baru-baru ini, Hannah mengungkap pengalaman ironis yang pernah ia hadapi.

Ia ditolak untuk sebuah peran orang Indonesia dalam produksi film Hollywood karena dianggap "kurang terlihat Asia".

Padahal, kriteria yang dicari oleh tim produksi film tersebut sangat spesifik dan secara harfiah menggambarkan dirinya.

"Aku dapat audisi karena mereka membutuhkan aktris Indonesia yang bisa pencak silat di London. Cuman ada satu, that's literally me," kenang Hannah.

Film yang dimaksud adalah Never Back Down: Revolt, sebuah film aksi yang diproduksi oleh Sony Pictures.

Sebagai seorang blasteran Indonesia-Prancis yang besar di London dan merupakan atlet pencak silat, Hannah adalah kandidat yang sempurna di atas kertas.

Namun, kenyataan berkata lain. Tim produksi justru memilih aktris lain untuk peran tersebut.

Baca Juga: Heboh Hannah Al Rashid Belum Dibayar Main Video Klip Yovie & Nuno, Sony Music Klarifikasi

Alasan penolakan yang ia terima terasa menohok dan menyoroti pandangan sempit industri film terhadap keberagaman etnis.

Hannah Al Rashid Casting untuk Film Snow White (Instagram/@hannahalrashid)
Hannah Al Rashid  (Instagram/@hannahalrashid)

"Peran itu diberikan ke seorang gadis Filipina, karena (aku) 'Not look Asian enough, honey',” ungkapnya menirukan alasan yang ia terima.

Menurutnya, Hollywood memiliki gambaran tertentu tentang bagaimana seharusnya penampilan orang Asia.

“Asia itu harus hitam kulitnya, atau harus lebih gelap rambutnya,” jelasnya.

Pengalaman ini menjadi sebuah "kerugian" dan membuatnya frustrasi. 

"Di sini (Indonesia) aku selalu dianggap bule, you’re a white woman. Tapi kalau di UK (Inggris), I am not white, I am a woman of color,” pungkas Hannah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI