Suara.com - Jurnalis senior Najwa Shihab membeberkan alasannya tidak selalu ikut bersuara (vokal) dalam menanggapi berbagai isu sosial dan kebijakan pemerintah yang tengah ramai diperbincangkan publik.
Pernyataan itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam acara Grab Generasi Campus 2025 di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Bagi perempuan berusia 47 tahun yang akrab disapa Nana ini, memilih untuk tidak bersuara pada momen tertentu bukanlah sebuah tindakan pengecut, melainkan bagian dari sebuah strategi.
Menurutnya, keberanian sejati bukanlah tentang terus-menerus bersuara tanpa perhitungan.
"Keberanian itu justru kemampuan kita untuk bisa merawat dalam tanda kutip, ketakutan dan kepekaan kita melihat situasi, dan mencari bentuk yang tepat untuk menyuarakan keresahan," ujar Najwa Shihab.

Ia menjelaskan bahwa ada kalanya diam menjadi pilihan untuk tujuan yang lebih besar di kemudian hari.
"Memilih untuk menyimpan amunisi, menghimpun tenaga, untuk melaju lebih kencang pada saat yang tepat misalnya," tuturnya.
Pendiri platform Narasi ini turut menegaskan bahwa keputusan untuk menahan diri adalah langkah yang valid dan memiliki nilai tersendiri dalam pendewasaan.
"Itu keputusan yang sah, keputusan yang valid, dan keputusan yang menurut saya justru bisa mendewasakan kita dalam proses menemukan jati diri," tegasnya.
Baca Juga: Suara-Suara Kritis Ramai Dibungkam Buzzer, Najwa Shihab: Pertajam Nurani dan Empati
Pandangan ini, menurutnya, terbentuk dari pengalamannya yang panjang di dunia jurnalistik yang telah ia geluti selama seperempat abad.
![Najwa Shihab dalam jumpa pers Grab Generasi Campus 2025 di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, pada Selasa, 5 Agustus 2025 [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/05/83120-najwa-shihab.jpg)
"Saya jadi wartawan politik dan hukum sudah 25 tahun," katanya. "Saya meliput republik ini sejak pemilu pertama langsung," lanjut figur publik yang biasa disapa Nana itu.
Dalam perjalanan kariernya, ia telah berulang kali mewawancarai berbagai tokoh kunci di republik ini dalam berbagai kapasitas, yang membentuk perspektifnya dalam melihat dinamika sosial dan politik.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada para kreator muda untuk selalu jujur pada diri sendiri dalam mengambil sikap.
"Kuncinya jujur pada diri sendiri," pungkasnya.