Suara.com - Jurnalis senior Najwa Shihab membagikan kiat-kiatnya dalam menyikapi isu sosial di tengah derasnya arus informasi dan serangan para pendengung (buzzer) di media sosial.
Hal itu disampaikannya dalam acara Grab Generasi Campus 2025 di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Menurut perempuan berusia 47 tahun itu, tantangan terbesar bagi generasi saat ini, terutama Gen Z, bukanlah ketiadaan informasi, melainkan kebanjiran informasi.
Kondisi yang ia sebut sebagai "tsunami informasi" ini justru seringkali menimbulkan kebingungan alih-alih pencerahan.
Pendiri Narasi TV ini menegaskan bahwa pendekatan yang menggurui atau satu arah sudah tidak lagi relevan untuk generasi sekarang.
![Najwa Shihab. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/02/84785-najwa-shihab.jpg)
"Karena memang hari-hari ini, terutama Gen Z, mereka itu tantangannya justru bukan tidak ada informasi, tapi terlalu banyak informasi," ujar Najwa Shihab.
Alih-alih memberi instruksi, Najwa menawarkan solusi yang lebih mendasar, yakni membekali generasi muda dengan kerangka berpikir yang kuat.
Ia menyebutnya sebagai "skill kehidupan" yang sesungguhnya berakar pada prinsip-prinsip dasar jurnalistik.
"Sesungguhnya skill yang kami miliki sebagai jurnalis, itu skill kehidupan kok," tutur perempuan yang akrab disapa Nana itu.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti Kritik Prabowo Naikan Gaji Hakim, Dialog 7 Tahun Lalu dengan Najwa Shihab Diungkit
Keterampilan utama yang harus dimiliki, menurutnya, adalah kemampuan untuk selalu mempertanyakan informasi, membedakan fakta dari opini, dan menempatkan segala sesuatu berdasarkan bukti yang sahih.

"Tahu membedakan mana fakta dan melihat sesuatu berdasarkan bukti, bukan katanya-katanya," tegasnya.
Lebih dari itu, aspek terpenting dalam menghadapi kompleksitas isu sosial adalah menggunakan nurani dan etika.
Keterampilan ini, kata Najwa, menjadi filter moral yang krusial sebelum menyebarkan informasi, terutama yang berpotensi merugikan pihak lain.
Ia mencontohkan kasus penyebaran informasi terkait korban kekerasan seksual, yang jika tidak dilakukan dengan hati-hati justru bisa memperburuk keadaan korban.
"Wah, jangan-jangan kalau kita sebarkan ini, tadinya niatnya mau membantu, ada korban pelecehan seksual mau kita bantu, tapi kalau kita sebar justru malah membuat si korban jadi tambah terpuruk dan sebagainya," jelasnya.