Suara.com - Sebuah fenomena baru tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya para pencinta kuliner.
Gencarnya penegakan aturan mengenai pembayaran royalti musik telah mengubah lanskap audio di banyak tempat makan.
Sebuah video viral baru-baru ini dengan sempurna menangkap keanehan suasana tersebut, memicu perdebatan luas tentang pengalaman bersantap di era baru ini.
Seorang pengunjung restoran merekam pengalamannya yang ia sebut aneh dan membagikannya di media sosial.
Keanehan itu bukan datang dari hal mistis, melainkan dari keheningan yang pecah hanya oleh suara-suara mentah mulai denting sendok dan garpu, obrolan pengunjung, hingga tangisan anak kecil.
Musik yang biasa menjadi latar telah lenyap, digantikan oleh alunan instrumen yang ganjil dan berulang.
Dalam video yang diunggahnya, tampak restoran tersebut cukup ramai. Beberapa keluarga dengan anak-anak terlihat sedang menikmati hidangan mereka.
Namun, atmosfer yang tercipta terasa kaku dan canggung.
"Hindari royalti, resto jadi aneh," tulis si pengunggah video dalam keterangannya.
Baca Juga: Di Tengah Kisruh Royalti, Rhoma Irama Beri Lampu Hijau: Silakan Nyanyikan Lagu Saya Sampai Serak!
Ia kemudian mendeskripsikan musik baru di restoran itu.
"Suara klutik, obrolan, bocil rewel, dipadu instrumen entah lagu apa?" tuturnya.
Perempuan itu merasa iringan musik yang diputar untuk mengisi kekosongan terdengar seperti siaran radio dari zaman dahulu yang sinyalnya kurang bagus.
"Mirip radio AM zaman dulu. Diulang-ulang," terangnya, menggambarkan betapa monoton dan asingnya audio yang ia dengar.
Unggahan tersebut sontak meledak dan memancing ribuan reaksi dari warganet. Kolom komentar dibanjiri berbagai pendapat, menunjukkan bahwa masyarakat terbelah dalam menanggapi fenomena ini.
Beberapa warganet mencoba memberikan solusi kreatif untuk para pemilik usaha.
"Kayak cafe atau tempat makan mending setel ASMR aja biar makin menghayati makannya," tulis seorang pengguna, menyarankan suara memasak atau makan sebagai alternatif.
"Kalau nyetel radio aman nggak sih? Seharusnya aman ya," timpal yang lain, bertanya-tanya tentang legalitas memutar siaran radio publik.

Namun, di sisi lain, tidak sedikit warganet yang justru menyambut baik perubahan ini. Bagi mereka, restoran tanpa musik keras adalah sebuah kemewahan.
"Alhamdulillah kemarin ke resto dan cafe langganan nggak nyetel musik lagi. Malah seneng bisa ngobrol bebas nggak berisik," tulis seorang warganet yang mengaku lega.
"Pengen denger musik tinggal setel Spotify sendiri-sendiri pakai earphone," tambahnya, menegaskan bahwa musik adalah preferensi pribadi.
Fenomena ini menandai pergeseran signifikan dalam industri kuliner, di mana pemilik usaha kini harus lebih berhati-hati dalam memilih latar suara demi menghindari sanksi hukum.
Sementara beberapa pengunjung merasa kehilangan suasana yang hidup, yang lain menemukan kedamaian dalam kesederhanaan suara alami sebuah ruang makan.
Kini, denting peralatan makan dan riuh rendah obrolan manusia mungkin akan menjadi playlist baru di restoran-restoran Indonesia.