Rilis Terpaut Sehari, Pilih Nonton Merah Putih One for All atau Kimetsu No Yaiba Infinity Castle?

Rifan Aditya Suara.Com
Sabtu, 09 Agustus 2025 | 17:11 WIB
Rilis Terpaut Sehari, Pilih Nonton Merah Putih One for All atau Kimetsu No Yaiba Infinity Castle?
Pilih Nonton Merah Putih One for All atau Demon Slayer Kimetsu No Yaiba Infinity Castle? (kolase)

Suara.com - Baru-baru ini, dua judul animasi dari dua negara berbeda mencuri perhatian dengan cara yang kontras. Yakni Merah Putih One for All dan Kimetsu No Yaiba Infinity Castle.

Menariknya, tanggal tayang di bioskop film-film ini pun hampir bersamaan. Menurut situs Cinema XXI, Merah Putih One for All akan tayang pada 14 Agustus 2025.

Sementara Demon Slayer Kimetsu No Yaiba Infinity Castle tayang di bioskop pada 15 Agustus 2025. Manakah yang akan anda beli tiket bioskopnya?

Apakah film animasi karya anak bangsa Merah Putih One for All atau Kimetsu No Yaiba Infinity Castle dengan grafis memanjakan mata?

Dari Jepang, Kimetsu No Yaiba: Infinity Castle hadir sebagai fenomena global yang dinanti-nanti jutaan penggemar.

Sementara itu, dari dalam negeri, Merah Putih One for All muncul dengan niat mulia merayakan semangat kebangsaan.

Namun film garapan Perfiki Kreasindo justru menuai badai kritik bahkan sebelum resmi ditayangkan.

Perbandingan kedua film ini bukan sekadar soal kualitas teknis, melainkan cerminan dari dua dunia yang berbeda.

Industri animasi Jepang yang matang dan berpengalaman melawan film yang sedang mencari jati diri, serta ekspektasi penonton yang bertemu dengan realita yang tak sepadan.

Baca Juga: Daftar Pengisi Suara Film Merah Putih One For All yang Viral

Bak Langit dan Bumi di Mata Penonton

Kimetsu No Yaiba: Infinity Castle adalah sebuah karya sinematik.

Dijadwalkan rilis di Indonesia pada 15 Agustus 2025, film ini merupakan bagian pertama dari trilogi yang mengadaptasi babak final dari manga super populer karya Koyoharu Gotouge.

Euforia penonton sudah terbangun sejak lama, didorong oleh kesuksesan musim-musim sebelumnya dan film Mugen Train yang memecahkan rekor box office.

Di Jepang sendiri, Infinity Castle sudah lebih dulu mencatatkan sejarah dengan penjualan tiket fantastis.

Hal itu membuktikan betapa besarnya basis penggemar dan tingginya standar yang mereka harapkan.

Film Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle (Ufotable)
Film Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle (Ufotable)

Di sisi lain, trailer Merah Putih One for All yang dirilis ke publik justru menjadi bulan-bulanan.

Diniatkan sebagai tontonan keluarga untuk merayakan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, film ini disambut dengan kekecewaan massal.

Netizen dan pengamat film ramai-ramai menyoroti kualitas animasi yang dianggap kaku, desain karakter yang kurang menarik, hingga dialog yang terasa canggung.

Kritikan tajam ini membanjiri media sosial, menciptakan sentimen negatif yang kuat bahkan sebelum filmnya utuh dipertontonkan.

Film Kartun Merah Putih One For All. [Youtube]
Film Kartun Merah Putih One For All. [Youtube]

Reputasi Ufotable vs Misteri Perfiki Kreasindo

Perbedaan paling fundamental antara kedua film ini terletak pada siapa yang berada di balik layar.

Kimetsu No Yaiba digarap oleh Ufotable, sebuah studio animasi Jepang yang reputasinya tak perlu diragukan.

Dikenal lewat karya-karya seperti seri Fate dan Demon Slayer itu sendiri, Ufotable adalah jaminan kualitas visual yang memanjakan mata, dengan ciri khas adegan pertarungan dinamis dan detail yang spektakuler.

Mereka adalah veteran dalam industri yang tahu betul cara menerjemahkan materi sumber menjadi sebuah mahakarya visual.

Visual utama film anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle First Movie (crunchyroll/Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle First Movie)
Visual utama film anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle First Movie (crunchyroll/Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle First Movie)

Sementara itu, Merah Putih One for All diproduksi oleh Perfiki Kreasindo. Namun, informasi mengenai rekam jejak rumah produksi ini sangat minim.

Bahkan, laman resmi mereka pun tidak dapat diakses saat trailer filmnya dirilis.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengalaman dan kapabilitas tim produksi.

Kurangnya transparansi ini memperkuat dugaan bahwa proyek ini mungkin tidak digarap oleh tim dengan pengalaman yang mumpuni di industri animasi.

Sebuah faktor krusial yang pada akhirnya terlihat pada hasil akhir produknya.

film animasi Merah Putih One for All (ig/totosoegriwo)
film animasi Merah Putih One for All (ig/totosoegriwo)

Kualitas Visual dan Narasi: Pertarungan yang Tak Seimbang

Secara teknis, perbandingan keduanya terasa timpang. Infinity Castle menjanjikan visual level tertinggi yang menjadi ciri khas Ufotable.

Penggambaran kastil tak terbatas yang sureal, koreografi pertarungan yang kompleks, dan permainan cahaya dramatis adalah elemen-elemen yang sudah dinantikan oleh penggemar.

Narasi film ini juga diuntungkan karena merupakan klimaks dari cerita yang sudah dibangun dengan solid selama bertahun-tahun.

Di lain pihak, kritik utama terhadap Merah Putih One for All adalah kualitas visualnya.

Gerakan animasi yang kaku, ekspresi karakter yang terbatas, dan rendering yang dianggap ketinggalan zaman menjadi bulan-bulanan netizen.

Meskipun film ini mengusung premis patriotik tentang sekelompok anak dari berbagai suku yang berpetualang menyelamatkan bendera pusaka, eksekusi visualnya gagal menyampaikan urgensi dan keseruan dari cerita tersebut.

Niat baik untuk mengangkat tema persatuan dan keberagaman sayangnya tidak diimbangi dengan kualitas produksi yang memadai.

Pelajaran Berharga bagi Industri Animasi Tanah Air

Kimetsu No Yaiba, meski berakar kuat pada budaya Jepang, berhasil menjadi fenomena global karena kualitas penceritaan dan keunggulan teknis yang universal.

Sementara itu, Merah Putih One for All menjadi pengingat pahit bagi industri kreatif Indonesia.

Semangat nasionalisme dan muatan lokal yang kuat tidak akan cukup jika tidak didukung oleh eksekusi yang profesional dan berkualitas tinggi.

Kritik yang datang dari publik sejatinya bukan untuk menjatuhkan, melainkan sebuah cerminan harapan agar karya anak bangsa dapat bersaing dan memenuhi standar yang semakin tinggi.

Kegagalan trailer ini harus menjadi pelajaran berharga bahwa dalam menciptakan sebuah karya, terutama animasi, keahlian teknis dan visi artistik adalah fondasi yang tidak bisa ditawar.

Apakah kritik pedas terhadap Merah Putih One for All dapat menjadi pemicu kemajuan industri animasi Tanah Air, atau justru memadamkan semangat para kreator?

Bagaimana menurut Anda? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI