Suara.com - Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan, dunia perfilman Indonesia mendadak dihebohkan oleh hadirnya trailer film animasi Merah Putih: One For All. Alih-alih menuai pujian, justru gelombang komentar pedas membanjiri media sosial.
Banyak yang terkejut—bukan hanya karena jadwal rilisnya yang sudah dekat, 14 Agustus 2025, tetapi juga karena sederet fakta tak terduga di balik proses produksinya.
Mulai dari kualitas animasi yang disebut-sebut setara game konsol lawas, pengisi suara yang tidak sinkron, hingga misteri di balik bagaimana rumah produksi ini bisa memenangkan tender proyek.
Dunia maya juga dihebohkan oleh serangkaian temuan mengejutkan yang membuat film ini jadi bahan perbincangan hangat. Berikut daftarnya.
1. Dugaan Penggunaan Model 3D Stock dari Reallusion
Seorang desainer mengungkap bahwa sejumlah latar belakang dan karakter di Merah Putih: One For All memiliki kemiripan mencolok dengan model 3D stok yang dijual di platform Reallusion, seperti karakter "Ned", "Earl", "Francis", "Eddy", "Tommy", dan "Jayden".
Bahkan, beberapa di antaranya terlihat hanya mengalami modifikasi ringan.
Fenomena ini memunculkan komentar pedas dari warganet yang menyamakan nuansanya dengan "main GTA SA multiplayer tapi pakai mod skin" — campuran gaya desain yang terasa tidak seragam karena berasal dari kreator berbeda-beda.
2. Waktu Produksi yang Sangat Singkat
Baca Juga: Saingan Berat! Jadwal Bioskop Demon Slayer Barengan Merah Putih One for All
Fakta lain yang bikin terkejut: menurut unggahan akun Instagram resmi @movreview (yang berkolaborasi dengan produser Toto Soegriwo), film ini mulai dikerjakan pada Juni 2025.
Artinya, jarak antara awal produksi hingga penayangan di bioskop hanya sekitar 1 bulan! Sementara jika dibandingkan dengan film Jumbo, film ini dikerjakan oleh lebih dari 200 kreator Indonesia selama 5 tahun.
3. Memakan Biaya Fantastis
Durasi pengerjaan yang ekstrem singkat ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana sebuah film animasi layar lebar bisa selesai dalam waktu sesingkat itu, apalagi dengan klaim anggaran mencapai Rp 6,7 miliar?
4. Rekam Jejak Studio yang Minim Informasi
Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, disutradarai Endiarto dan Bintang, serta diproduseri Toto Soegriwo dengan Sonny Pudjisasano sebagai produser eksekutif.