Film Merah Putih: One for All yang digadang-gadang akan memeriahkan peringatan HUT ke 80 RI ini justru mendapat kritik pedas dari warganet.
Kualitas film Merah Putih: One for All dinilai jauh di bawah ekspektasi, terutama jika melihat anggaran produksinya yang fantastis.
Kritik utama yang menghujam film ‘Merah Putih: One for All’ berawal dari trailer yang dirilis.
Banyak warganet yang menyamakan visual film ‘Merah Putih: One for All’ dengan grafis game PlayStation 2 atau animasi lawas di awal tahun 2000-an.
Karakter-karakter di dalam film dinilai kaku, minim ekspresi, dan pergerakannya terasa tidak alami.
Selain itu, ada pula menyamakan film ini dengan 'tugas PPKn anak SMA' karena alur ceritanya yang dinilai klise.
![Ryan Sutradara film Jumbo sindir keras film animasi Merah Putih: One For All. [instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/08/48366-film-merah-putih-one-for-all.jpg)
Kisah tentang anak-anak dari berbagai suku yang bersatu menyelamatkan bendera nasional dianggap kurang inovatif, terutama jika dibandingkan dengan narasi karya-karya animasi lokal lain yang lebih matang.
Selain itu, timbul kecurigaan warganet yang mengklaim jika ‘Merah Putih: One for All’ hanya menggunakan aset 3D yang dibeli dari toko online alih-alih membuat aset orisinal, sehingga mengurangi nilai artistik dan keunikan visualnya.
Kontroversi ini semakin memanas ketika film ‘Merah Putih: One for All’ dibandingkan dengan film animasi lokal lainnya, seperti Jumbo yang sukses pecahkan rekor sebagai film animasi terlaris di Indonesia.
Baca Juga: Rilis Terpaut Sehari, Pilih Nonton Merah Putih One for All atau Kimetsu No Yaiba Infinity Castle?
Film tersebut dipuji karena kualitas visual dan narasi yang kuat, membuktikan bahwa Indonesia memiliki talenta dan kemampuan untuk memproduksi film animasi kelas atas.
Perbandingan ini secara tidak langsung menempatkan ‘Merah Putih: One for All’ dalam posisi yang kurang menguntungkan dan mempertegas kekecewaan publik terhadap standar kualitas yang ditampilkan.
Kontributor : Anistya Yustika