Namun, bagi seorang praktisi film, terutama animasi, angka tersebut dinilai sangat tidak memadai untuk menghasilkan karya berkualitas.
Suami Zaskia Adya Mecca ini bahkan membuat perhitungan kasar yang brutal.
Menurutnya, anggaran sebesar itu tidak akan pernah cukup, bahkan jika tidak ada korupsi sekali pun.
"7 miliar untuk film animasi, potong pajak 13 persen kisaran 6 miliar, kalo toh tidak dikorupsi hasilnya tetap jelek!" jelas Hanung.
Sebagai perbandingan, ia menyinggung standar industri untuk film animasi yang sukses besar di pasaran, merujuk pada film Jumbo yang disebutnya menelan biaya puluhan miliar.
"FYI standar film animasi yang bagus minimal 30 miliar plus 10 miliar promosi dan dikerjakan dalam jangka waktu lima tahun," terangnya.
Pernyataan ini sejalan dengan pengakuan sutradara Jumbo, Ryan Adriandhy, yang menyebut butuh waktu lima tahun dan 400 kreator untuk menyelesaikan mahakaryanya.
Sementara itu, Ryan Adriandhy, sutradara yang filmnya dijadikan tolak ukur, memberikan tanggapan yang lebih filosofis namun tak kalah tajam.
Setelah melihat trailer Merah Putih One for All, ia justru merasa termotivasi untuk terus menghasilkan karya terbaik.
Baca Juga: Nonton Special Show Film La Tahzan: Panasnya Majikan Kepincut Babysitter
"Terus, terus, sampai akhirnya, yang dibuat dengan niat tidak tulus dan cara asal-asalan semakin tersingkirkan dan tidak punya alasan untuk minta didukung," tulis Ryan di platform X.
Ia melihat fenomena ini sebagai sisi gelap yang diperlukan untuk menyadarkan banyak pihak.
"Memang perlu yang gelap untuk tahu masa depan animasi Indonesia bisa terang," pungkasnya.
Film Merah Putih One for All sendiri mengisahkan petualangan delapan anak dari berbagai daerah yang harus mencari bendera pusaka yang hilang jelang upacara kemerdekaan.
Sebuah tema nasionalisme yang mulia, namun kini terperangkap dalam pusaran kontroversi tentang kualitas, anggaran, dan dugaan intervensi kepentingan sesaat.