Suara.com - Trans TV akan menayangkan film bertema perang Amerika Serikat melawan Jepang berjudul Midway. Film garapan Roland Emmerich ini dirilis pada 2019 ini menyuguhkan sebuah epik perang dengan pendekatan yang terasa klasik.
Tayang malam ini pukul 21.00 WIB di Trans, berikut sinopsis film Midway.
Ketika nama Roland Emmerich muncul, penonton biasanya akan teringat pada film-film bencana berskala masif seperti Independence Day atau The Day After Tomorrow.
Namun pada tahun 2019, sutradara ini kembali ke genre drama sejarah dengan Midway, sebuah proyek ambisius yang menggambarkan salah satu pertempuran laut paling menentukan dalam Perang Dunia II.
Dibintangi oleh jajaran aktor papan atas seperti Ed Skrein, Patrick Wilson, Woody Harrelson, Luke Evans, dan Aaron Eckhart, film ini menyajikan sebuah epik perang tanpa kompromi dalam merayakan heroisme.
Kisah Nyata Titik Balik di Pasifik
![Film Midway yang dibintangi sejumlah aktor ternama, akan tayang malam ini di Trans TV pukul 21.00 WIB. [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/15/66673-film-midway.jpg)
Berbeda dengan film perang modern yang sering mengeksplorasi ambiguitas moral, Midway memilih jalur yang lebih lugas: merayakan pengorbanan, determinasi, dan keberanian para prajurit.
Alur ceritanya merangkum enam bulan pertama yang krusial setelah serangan mendadak Jepang di Pearl Harbor.
Cerita dimulai dengan kehancuran pangkalan angkatan laut Amerika, sebuah adegan yang ditampilkan kembali dengan efek visual yang menggelegar.
Baca Juga: Fadli Zon Ogah Komentari Kualitas Film Kartun Merah Putih One for All: Saya Belum Nonton!
Dari sana, film ini membawa penonton mengikuti berbagai peristiwa penting, mulai dari Serangan Doolittle ke Tokyo yang dipimpin Letkol James Doolittle (Aaron Eckhart) hingga momen puncaknya: Pertempuran Midway.
Fokus utama narasi terletak pada dua pilar: para penerbang Angkatan Laut yang nekat dan para perwira intelijen yang bekerja di belakang layar.
![Film Midway yang dibintangi sejumlah aktor ternama, akan tayang malam ini di Trans TV pukul 21.00 WIB. [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/15/96788-film-midway.jpg)
Di kokpit pesawat, kita diperkenalkan pada pilot pemberani Dick Best (Ed Skrein), seorang penerbang berbakat yang berapi-api untuk "menaruh bom 500 pon di cerobong asap mereka" sesegera mungkin.
Sementara itu, di pusat komando Pearl Harbor, perwira intelijen Edwin Layton (Patrick Wilson) berjuang meyakinkan atasannya, termasuk Laksamana Chester Nimitz (Woody Harrelson), tentang rencana Jepang untuk menyerang atol strategis bernama Midway.
Keberhasilan tim Layton dalam memecahkan kode rahasia Jepang menjadi kunci yang memungkinkan Angkatan Laut AS mempersiapkan penyergapan tak terduga.
Visual Megah yang Menutupi Karakter Dangkal
Sebagai sebuah film Roland Emmerich, Midway tidak mengecewakan dalam hal tontonan visual.
Sutradara ini mengerahkan keahliannya untuk menciptakan adegan pertempuran udara yang intens dan mendebarkan.
Penonton diajak merasakan ketegangan saat pesawat-pesawat pengebom tukik Amerika menukik tajam untuk menyerang kapal induk Jepang.
Rekonstruksi pertempuran laut, lengkap dengan pesawat yang lalu-lalang dan kapal induk raksasa, berhasil diciptakan secara meyakinkan meskipun sangat bergantung pada CGI.
Namun, di balik spektakel tersebut, beberapa kritikus menyoroti kelemahan film ini.
Dengan begitu banyak karakter historis yang diperkenalkan dalam durasi 138 menit, film ini kesulitan untuk mengembangkan mereka secara mendalam, membuat beberapa karakter terasa datar.
Dialognya pun sering kali dianggap klise dan kaku, tenggelam di antara ledakan dan deru mesin pesawat.
Kritikus dari The Guardian bahkan menyebut bahwa film ini "menggali setiap klise film perang yang usang".
Akibatnya, penonton yang tidak akrab dengan sejarah Perang Pasifik mungkin akan kesulitan untuk melacak siapa saja tokoh yang muncul di layar.
Meskipun demikian, Midway berhasil menyampaikan pesannya dengan jelas: ini adalah kisah tentang pahlawan nyata yang melakukan tindakan-tindakan luar biasa.
Film ini secara akurat menyoroti bagaimana kombinasi antara keberanian di medan perang dan kecerdasan dalam analisis intelijen menjadi faktor penentu kemenangan Amerika.
Setiap penerbangan yang dilakukan para pilot digambarkan sebagai misi bunuh diri, namun didorong oleh semangat untuk membela negara mereka.
Emmerich juga berusaha menyajikan perspektif dari pihak Jepang, menampilkan Laksamana Isoroku Yamamoto, Chuichi Nagumo, dan Tamon Yamaguchi untuk memberikan gambaran yang lebih seimbang tentang pertempuran tersebut.