Profil Christine Hakim, Lawan Main Julia Roberts Dikalungi Prabowo Bintang Mahaputera Utama

Rifan Aditya Suara.Com
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:45 WIB
Profil Christine Hakim, Lawan Main Julia Roberts Dikalungi Prabowo Bintang Mahaputera Utama
Christine Hakim mendapat Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Prabowo (ig/presidenrepublikindonesia)

Suara.com - Senin, 25 Agustus 2025 di Istana Negara menjadi hari bersejarah bagi Herlina Christine Natalia Hakim. Aktris senior yang kita kenal dengan nama Christine Hakim.

Oleh Presiden Prabowo Subianto, Christine Hakim dikalungi dengan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama.

Ini adalah pengakuan tertinggi negara atas pengabdian setengah abad seorang maestro yang mendedikasikan hidupnya untuk seni, budaya, dan citra Indonesia di mata dunia.

Bintang Mahaputera Utama adalah salah satu tanda kehormatan sipil tertinggi, diberikan kepada mereka yang dinilai memiliki "jasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara."

Bagi Christine Hakim, gelar ini menjadi mahkota yang menyempurnakan perjalanannya dari seorang gadis yang tak sengaja terjun ke dunia film, menjadi legenda perfilman Indonesia.

Awal Tak Sengaja Menuju Puncak Sinema

Fakta Karakter Christine Hakim di Serial The Last Of Us (HBO)
Fakta Karakter Christine Hakim di Serial The Last Of Us (HBO)

Lahir di Kuala Tungkal, Jambi, pada 25 Desember 1956, Christine Hakim sejatinya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang aktris.

Dengan minat awal di bidang arsitektur atau psikologi, takdir berkata lain saat sutradara legendaris Teguh Karya menemukannya pada tahun 1973.

Meski awalnya ragu, ia menerima tawaran untuk membintangi film "Cinta Pertama".

Keputusan itu mengubah jalan hidupnya selamanya. Lewat debutnya, Christine langsung menyabet Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik.

Baca Juga: Daftar Lengkap Penerima Tanda Kehormatan dari Presiden Prabowo, Ada Menteri Hingga Artis Senior

Penghargaan pertama itu menjadi pemantik semangatnya untuk serius menekuni dunia yang baru ia masuki.

Ia membuktikan bahwa bakatnya bukan kebetulan, melainkan anugerah yang harus diasah.

Darah seni yang mengalir dalam dirinya adalah perpaduan unik dari berbagai etnis, termasuk Aceh, Minang, Jawa, hingga Timur Tengah, yang membentuknya menjadi pribadi yang kaya akan perspektif budaya.

Jejak Karya Christine Hakim yang Abadi

Selama lebih dari lima dekade, Christine Hakim telah membintangi puluhan film yang tidak hanya menjadi box office.

Namun juga karya seni berkualitas tinggi. Peran-perannya selalu ikonik dan meninggalkan kesan mendalam.

1. Film Nasional

Namanya identik dengan film-film berkualitas seperti Badai Pasti Berlalu (1976), Pengemis dan Tukang Becak (1978), dan Di Balik Kelambu (1982).

Puncaknya adalah perannya sebagai pahlawan nasional Aceh dalam film epik "Tjoet Nja' Dhien" (1988), yang mengantarkannya meraih Piala Citra keenamnya dan membawa film tersebut meraih penghargaan di Festival Film Cannes 1989.

2. Film Internasional

Kualitas aktingnya yang tak lekang oleh waktu membawanya ke level dunia.

Pada tahun 2002, ia duduk sebagai juri terhormat di Festival Film Cannes, bersanding dengan nama-nama besar seperti David Lynch dan Sharon Stone.

Ia kemudian beradu akting dengan Julia Roberts dalam film Hollywood "Eat Pray Love" (2010).

Namanya kembali menggema di seluruh dunia lewat perannya sebagai Ratna Pertiwi, seorang ilmuwan, dalam serial HBO yang fenomenal, "The Last of Us".

Setiap peran yang ia mainkan di kancah internasional adalah sebuah bentuk diplomasi budaya.

Ia memperkenalkan Indonesia tidak hanya lewat lokasi syuting, tetapi juga melalui kedalaman karakter dan profesionalisme yang diakui dunia.

Mendapat Bintang Mahaputera Utama

Penganugerahan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Prabowo Subianto menjadi validasi atas seluruh dedikasi Christine Hakim.

Pihak Istana secara resmi menyatakan penghargaan ini diberikan karena ia "berjasa luar biasa dalam bidang seni dan budaya."

Jika menilik Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, kriteria penerima tanda kehormatan ini sangatlah ketat, di antaranya adalah "darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional."

Karier Christine Hakim adalah cerminan sempurna dari kriteria tersebut. Ia tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi, menginspirasi, dan mengharumkan nama bangsa.

Bersama Christine Hakim, sejumlah seniman lain seperti Jaja Mihardja, Slamet Rahardjo, dan mendiang Benyamin Sueb juga menerima tanda kehormatan, menandakan perhatian besar pemerintah terhadap para insan kreatif bangsa.

Selain Film, Berdedikasi untuk Pendidikan

Kontribusi Christine Hakim tidak berhenti di depan kamera. Di balik layar, ia adalah seorang produser yang melahirkan film-film pemenang penghargaan seperti "Daun di Atas Bantal" (1998) dan "Pasir Berbisik" (2001).

Jiwanya yang peduli membawanya ke dunia di luar film. Ia mendirikan Christine Hakim Foundation yang fokus pada pendidikan publik mengenai autisme.

Kepeduliannya terhadap isu-isu sosial dan pendidikan membuatnya ditunjuk sebagai Duta Indonesia untuk UNESCO pada tahun 2008, sebuah peran yang ia emban dengan penuh tanggung jawab.

Ia adalah bukti nyata bahwa seorang seniman bisa menjadi agen perubahan yang kuat. Perjalanan panjang Christine Hakim adalah sebuah warisan.

Ia membuktikan bahwa seni peran bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah medium kuat untuk menyuarakan nilai, melestarikan budaya, dan membangun jembatan antar bangsa.

Bintang Mahaputera Utama yang kini tersemat di dadanya adalah kilau yang pantas untuk sang pahlawan budaya Indonesia.

Film Christine Hakim mana yang menjadi favorit Anda dan mengapa? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?