- Nafa Urbach dianggap menantang pendemo lewat unggahan Alkitab
- Nafa Urbach dibalas telak oleh netizen Kristen
- Nafa Urbach maklumi kenaikan tunjangan DPR
Suara.com - Suasana politik yang memanas akibat demonstrasi besar-besaran di depan Gedung DPR RI pada Senin, 25 Agustus 2025, merembet ke ranah spiritual di media sosial.
Aktris senior yang kini menjabat sebagai anggota dewan, Nafa Urbach, memicu perdebatan sengit setelah mengunggah kutipan ayat Alkitab yang dianggap sebagai respons terhadap aksi massa tersebut.
Tak tinggal diam, warganet yang juga memahami kitab suci memberikan balasan menohok dengan ayat tandingan.
Perdebatan ini bermula ketika Nafa Urbach, melalui Instagram Story-nya, mengunggah kutipan dari Roma 13 ayat 1-7 dengan latar belakang gambar bendera Merah Putih di tengah kerumunan demonstran.

Ayat tersebut secara garis besar berisi perintah agar setiap orang tunduk dan patuh kepada pemerintah yang berkuasa, dengan landasan bahwa "tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah, dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah."
Unggahan ini sontak menuai reaksi keras dari publik. Banyak yang menganggap tindakan Nafa tidak simpatik dan terkesan menantang rakyat yang sedang menyuarakan aspirasinya menolak kenaikan tunjangan DPR.
Momen ini menjadi puncak dari sorotan publik terhadap Nafa, yang sebelumnya juga sempat membela usulan kenaikan tunjangan rumah sebesar Rp50 juta per bulan untuk wakil rakyat.
Seorang pengguna akun X (sebelumnya Twitter) dengan nama @XyLom*** mengomentari dengan pedas, "Dia mengunggah ayat Alkitab di Instagram Stories sebelum ini. Roma 13:1-7. Isinya kurang lebih memaksa rakyat untuk tunduk kepada pemerintah. Ini orang benar-benar menantang."
Namun, kritik tidak berhenti di situ. Warganet yang diduga kuat merupakan sesama umat Kristiani membalas unggahan Nafa dengan menggunakan "senjata" yang sama, yakni ayat Alkitab.
Baca Juga: Posting Ayat Alkitab saat Demo DPR, Nafa Urbach Nantangin Rakyat?
Mereka menyanggah argumen Nafa dengan menyajikan ayat-ayat lain yang berbicara tentang tanggung jawab dan keadilan seorang pemimpin.
Akun @XyLom*** kembali menambahkan, "Nafa, kalau mau belajar baca Alkitab, saya sarankan baca Yesaya 10 ayat 1-2 saja."
Kutipan yang dimaksud berisi teguran keras bagi para pemimpin yang tidak adil.
![Pengunjuk rasa mencoba menyelamatkan rekannya saat aksi unjuk rasa di Jalan Letjend S Parman, depan Gedung DPR, Jakarta, Senin (25/8/2025). [ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/rwa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/25/40105-aksi-unjuk-rasa-di-depan-dpr-demo-di-dpr-demo-di-dpr-ricuh.jpg)
Ayat pertama berbunyi, "Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman," dilanjutkan dengan ayat kedua yang menyoroti perampasan hak orang-orang lemah, janda, dan anak yatim.
Sanggahan Alkitabiah ini semakin meluas.
Akun lain, @balenvi***, turut berkomentar dengan menyoroti pentingnya memahami konteks sebuah ayat.
Ia menyertakan kutipan dari Amsal 8:15 yang berbunyi, "Karena Dialah para raja memerintah."
Namun, ia memberikan penekanan bahwa "Merampas kekuasaan dan menyalahgunakannya tidak berasal dari Allah, sebab Dia bukanlah Pencipta dosa, tetapi kekuasaan itu sendirilah yang menciptakan dosa."
Perdebatan ini pun membuat warganet lainnya merasa geram, menuding Nafa Urbach telah mempermainkan ayat suci untuk kepentingan politik dan membenarkan kebijakan yang kontroversial.
"Berhentilah menggunakan firman Tuhan untuk membela kebohongan," ujar seorang warganet dengan akun @r_e__me***.
"Setiap firman Tuhan dalam Alkitab memiliki konteks yang benar. Apa maksudmu dengan 'tunduk kepada pemerintah' ketika pemerintah sendiri melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan?"
Sebelum memicu "perang ayat" ini, Nafa Urbach sebenarnya telah mencoba meredam kemarahan publik.
Ia berjanji akan mengalokasikan seluruh gaji dan tunjangannya kepada masyarakat di daerah pemilihannya (dapil). "Saya mendengar keresahan masyarakat terkait tunjangan pejabat yang ramai belakangan ini," tulisnya.
"Sebagai bentuk komitmen saya kepada rakyat, saya memilih untuk mengalokasikan gaji dan tunjangan saya kepada masyarakat di dapil saya, khususnya para guru yang telah berjuang mendidik generasi penerus bangsa."
Namun, janji tersebut seolah tertutup oleh kontroversi unggahan ayat Alkitabnya yang dinilai tidak tepat waktu dan konteks.