Gyllenhaal menemukan "keseimbangan sempurna antara kebingungan, frustrasi, dan kesedihan" saat karakter Stevens berulang kali menghadapi kematian, mencoba memahami misinya, dan perlahan jatuh cinta dengan Christina.
Duncan Jones, sutradara di balik karya apik Moon, sekali lagi membuktikan kemampuannya menggarap film fiksi ilmiah yang cerdas dan penuh pemikiran.
Ia mampu menjaga misteri cerita tetap hidup, identitas teroris dan sifat sebenarnya dari misi Stevens, meski alur cerita terus berulang.
Skrip Ben Ripley digambarkan "dibangun dengan cerdik", menjadikannya "latihan bercerita yang sama berwibawanya dengan Memento karya Christopher Nolan."
Film ini berhasil membuat delapan menit yang sama tetap menarik untuk ditonton berulang kali, sebuah tugas yang tidak mudah
Tema Mendalam: Pilihan, Takdir, dan Makna Kehidupan
Di balik balutan thriller fiksi ilmiah, Source Code menyentuh tema-tema filosofis yang mendalam. Pertanyaan tentang kehendak bebas versus takdir menjadi sentral.
Apakah Stevens hanya memanipulasi simulasi, atau ia benar-benar dapat mengubah realitas?
Film ini juga mengeksplorasi konsep identitas: siapa kita ketika tubuh kita bukan lagi milik kita, dan sejauh mana kesadaran dapat bertahan?
Baca Juga: Kini Bestie, Lucunya Jasmine Nadya Dulu Tak Kenal Leya Princy: Baru Tahu Anaknya Ferry Maryadi
Karakter Gyllenhaal yang "ingin menyelamatkan penumpang di kereta, meskipun mereka sudah mati", mengangkat pertanyaan etis tentang nilai setiap kehidupan, bahkan dalam reka ulang.
Penerimaan kritis terhadap Source Code sangat positif. Situs agregator ulasan Rotten Tomatoes mencatat rating persetujuan 92% berdasarkan 266 ulasan.
Metacritic memberikan skor rata-rata 74/100, mengindikasikan "ulasan yang umumnya menguntungkan".
Film ini juga sukses secara komersial, meraup lebih dari US$147,3 juta dengan anggaran sekitar US$32 juta.
Source Code adalah sebuah film yang "menarik dan menggugah pikiran tanpa perlu bersusah payah".
Film ini menawarkan kombinasi langka antara ketegangan, kecerdasan, dan kedalaman emosional yang akan terus memicu diskusi tentang teori multiverse, paradoks waktu, dan potensi teknologi futuristik.