- Joko Anwar mengunggah komik satir kritik pencitraan politik.
- Komik menyindir politisi mirip Gibran yang menjenguk korban demonstrasi.
- Unggahan viral, menunjukkan seni sebagai alat kritik sosial ampuh.
Suara.com - Sutradara ternama Indonesia, Joko Anwar, kembali membuat riuh jagat media sosial.
Melalui akun Instagram pribadinya, ia mengunggah sebuah komik satir yang secara tajam menyoroti isu pencitraan politik di tengah memanasnya gelombang demonstrasi dan kerusuhan yang melanda negeri.
Dalam unggahan berbentuk Instagram Story pada Senin (1/9/2025), Joko Anwar membagikan sebuah karya ilustrasi yang menggambarkan seorang tokoh politik tengah menjenguk seorang pemuda yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Sosok politisi yang mengenakan kemeja hijau itu digambarkan sangat mirip dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, lengkap dengan gestur tangan jempol yang khas.
Di hadapannya, duduk seorang pemuda dengan wajah penuh luka lebam, kepala diperban, dan tangan terinfus, merepresentasikan korban kekerasan dalam aksi unjuk rasa.
Latar musik yang dipilih Joko Anwar untuk menyertai unggahan ini pun semakin mempertegas pesan kritiknya, lagu berjudul Politician Lies (Kebohongan Politisi) dari Ai Sa Si.

Visual yang kuat ini diperjelas dengan tulisan besar di bagian atas komik yang berbunyi, WASPADA PENCITRAAN FUFUFAFA.
Namun, sindiran paling menohok justru datang dari sebuah kotak dialog di sudut bawah gambar. Narasi dalam komik tersebut secara gamblang mempertanyakan ketulusan di balik aksi menjenguk korban.
"Kalau memang dia peduli, pasti dia akan bertemu dengan pendemo yang masih sehat juga untuk mendengarkan aspirasinya," tulis narasi tersebut.
Baca Juga: Dikuliti Netizen, Ojol Ketemu Gibran Pakai Air Jordan-Jaket Baru, Buni Yani: Like Father Like Son
"Kalau cuma menjenguk, basa-basi sebentar, dividioin, bisa jadi cuma cari simpati..."
Kritik dalam komik itu ditutup dengan kalimat penutup yang sangat tajam dan mengikatnya pada konteks politik keluarga.
"Like Father Like Son..." (Seperti Ayah, Begitu Pula Anaknya). Kalimat ini seolah menyiratkan bahwa gaya politik pencitraan tersebut merupakan sebuah warisan.
Unggahan ini sontak menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet. Banyak yang menilai Joko Anwar secara berani menggunakan platformnya untuk menyuarakan sentimen publik yang muak dengan apa yang mereka anggap sebagai drama politik di tengah penderitaan rakyat.

Meskipun ilustrasi tersebut tidak secara eksplisit menyebut nama Gibran, kemiripan visual dan konteks waktu di saat pemerintah sedang menjadi sorotan tajam akibat penanganan demonstrasi membuat publik dengan mudah menangkap siapa yang menjadi sasaran satire tersebut.
Hingga kini, Joko Anwar belum memberikan komentar lebih lanjut mengenai unggahannya.