-
Video makan bersama guru dan murid di sekolah pelosok viral karena dianggap contoh ideal program Makan Bergizi Gratis.
-
Menu sederhana dan bergizi disiapkan dengan gotong royong, menggunakan bahan lokal dan donasi warga.
-
Warganet memuji inisiatif ini sebagai bentuk nyata program gizi yang sehat, efektif, dan menyentuh hati.
Suara.com - Sebuah video yang menampilkan momen makan bersama antara seorang guru dan murid-muridnya di sebuah sekolah di daerah di tanah Papua telah menjadi viral dan memicu perbincangan hangat di media sosial.
Di tengah pro dan kontra mengenai menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah, video ini dianggap sebagai contoh ideal bagaimana program gizi untuk anak sekolah seharusnya dijalankan.
Dalam video tersebut, terlihat para murid berseragam merah putih dengan antusias mengantre untuk menerima makanan yang disajikan oleh guru mereka.
Menunya sederhana namun tampak sangat bergizi dan menggugah selera. Dari jagung kukus, orak-arik buncis campur telur, dan telur rebus dengan saus tomat.
Anak-anak terlihat lahap menyantap hidangan mereka setelah berdoa bersama.
Namun, di balik kehangatan momen tersebut, ada kisah perjuangan yang menginspirasi.
Melalui keterangan unggahannya, sang guru menjelaskan bahwa sekolah baru saja dibuka kembali setelah libur selama seminggu akibat wabah scabies (kudis) yang menyerang para siswa.
Libur tersebut dimanfaatkan untuk me-lockdown anak-anak agar fokus pada penyembuhan.
"Puji Tuhan, hari ini masuk sekolah, senang sekali melihat anak-anak luka-lukanya sudah pada sembuh," tulis sang guru.
Baca Juga: Di DPR, BGN Ungkap Ada 75 Kasus dan 6 Ribuan Siswa Keracunan MBG Sejak Januari-September
Sebagai bagian dari proses pemulihan, hari itu diisi dengan pelajaran tentang kebersihan tubuh, dilanjutkan dengan mandi bersama dan pengobatan bagi siswa yang lukanya belum kering total.
Acara makan bersama ini diadakan sebagai wujud syukur karena mereka bisa kembali berkumpul dalam keadaan sehat.
Yang lebih menyentuh adalah asal-usul bahan makanan yang disajikan. Semua berasal dari sumber daya lokal dan semangat gotong royong.
Jagung dibeli dari para ibu atau masyarakat lokal menyebut mama-mama di sekitar sekolah untuk membantu perekonomian lokal.

Buncis merupakan pemberian dari warga di kampung sebelah, sementara tomat dipetik langsung dari kebun yang ditanam sendiri oleh sang guru. Adapun telur ayam merupakan donasi dari para donatur yang peduli.
Inisiatif tulus ini sontak menarik perhatian warganet, yang langsung membandingkannya dengan program MBG yang belakangan menjadi sorotan karena pilihan menunya yang dinilai kurang sesuai.