-
Is Pusakata secara terbuka mempertanyakan validitas survei Poltracking yang menyebut 71% publik puas dengan kinerja Gibran.
-
Ia menyoroti bahwa banyak warga merasa tak pernah dilibatkan dalam survei politik semacam itu.
-
Kritiknya yang sarkastik dan reflektif memicu gelombang dukungan serta perdebatan publik tentang transparansi dan kejujuran survei politik di Indonesia.
Tak butuh waktu lama, kolom komentar unggahan Is dibanjiri oleh respons warganet yang merasa terwakili.
Banyak yang menyuarakan sentimen serupa, merasa tidak pernah dilibatkan dalam survei politik manapun.
"Postingan Ini ciri ciri manusia NPD, konsep bapaknya banget. Sampe hafal aroma postingannya," tulis seorang warganet, mengaitkan narasi tersebut dengan isu psikologis dan politik keluarga.
"Semoga rakyat indonesia masuk surga jalur orang yg terdzolimi oleh pemerintahnya sendiri," timpal komentar lain, menunjukkan rasa frustrasi yang mendalam.
Kritik yang dilontarkan Is Pusakata ini menjadi bukti bahwa di era digital, suara publik tidak lagi bisa dibungkam oleh angka-angka statistik.
Keresahannya membuka ruang diskusi penting tentang transparansi metodologi survei dan hak publik untuk mendapatkan representasi yang jujur dalam panggung politik Indonesia.