- Perayaan 20 tahun album Centralismo band Sore digelar pada Senin (22/12/2025) malam di Teater Besar Taman Ismail Marzuki.
- Konser tersebut menjadi tribut emosional bagi mendiang Ade Paloh, salah satu pendiri dan penulis lagu utama band tersebut.
- Album Centralismo dari Sore dianggap mengubah lanskap musik independen Indonesia dengan pengaruh jazz dan bosanova.
Suara.com - Senja mungkin telah berlalu, namun pendar cahayanya masih terasa hangat di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM).
Pada Senin (22/12/2025) malam, ruang sakral kesenian itu menjadi saksi bisu sebuah perayaan emosional: 20 tahun album Centralismo.
Album tersebut menjadi sebuah mahakarya yang tidak hanya melambungkan nama Sore, tetapi juga mengubah lanskap musik independen Indonesia selamanya.
Konser ini bukan sekadar pertunjukan musik biasa. Bagi para "Soreist" (sebutan penggemar Sore) yang memadati kursi teater, malam itu adalah perjalanan melintasi lorong waktu.
Sejak nada pertama "Bebas" dan "Somos Libres" dikumandangkan, suasana magis langsung menyergap.
Namun, penonton dikejutkan dengan "kehadiran" Ade Paloh di atas panggung. Bukan hologram, tapi sosok manusia nyata.
Ade Paloh malam itu spesial di-cosplay oleh pianis Adra Karim, yang wajahnya memang sangat mirip almarhum.
Lengkap dengan microphone khas Ade, Adra dan Ade menyuguhkan lagu "Mata Berdebu" yang terasa sangat spesial.
"Saya minta izin, hari ini saya ingin mengenang seolah dia masih berada di panggung bersama saya," kata Awan.
Baca Juga: Kenapa The Great Flood Disebut Mirip Film Sore: Istri dari Masa Depan?
Mengingat kembali medio 2000-an, Sore hadir sebagai anomali.
Di tengah gempuran musik pop melayu dan rock alternatif yang seragam, Ade Paloh, Awan Garnida, Bemby Gusti, Reza Dwiputera, dan Mondo Gascaro menawarkan sesuatu yang berbeda: musik yang sinematik, kaya akan pengaruh jazz, pop klasik, hingga bosanova.
Centralismo kemudian dinobatkan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa.
Namun, perjalanan menuju 20 tahun ini tidaklah mudah. Kehilangan sang nakhoda sekaligus penulis lagu jenius, Ade Paloh, pada awal 2024 meninggalkan lubang besar.
Konser semalam pun menjadi tribut yang mengharukan bagi mendiang.
Sosok Ade seolah hadir melalui visualisasi di layar besar dan vokal yang dibiarkan menggema di beberapa bagian lagu, membuat suasana Teater Besar sempat diliputi keheningan yang syahdu sebelum pecah oleh tepuk tangan riuh.