Suara.com - Kurva Covid-19 di Indonesia tidak kunjung turun. Setiap harinya, kasus selalu meningkat dengan tingkat kematian yang cukup tinggi.
Apa yang terjadi di Indonesia dikahwatirkan bisa melumpuhkan sistem kesehatan. Hal itu dinyatakan oleh Kepala Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Irwandy melalui The Conversation.
"Hanya dalam hitungan kurang dari satu setengah bulan pandemi COVID-19 telah melumpuhkan sistem kesehatan masyarakat di Italia. Hal serupa juga berpotensi terjadi di Indonesia," tulisnya dalam The Conversation.
Menurut Irwandi, jika tidak ingin bernasib sama dengan Italia, pemerintah harus memiliki empat strategi pokok.
"Perlindungan masyarakat umum, perlindungan populasi rentan dan berisiko, perlindungan tenaga kesehatan, dan peningkatan kapasitas layanan kesehatan," tambahnya.
1. Perlindungan Masyarakat Umum
Obat dan vaksin untuk Covid-19 masih dikembangkan di berbagai negara. Oleh karena itu, pemutusan rantai penularan menjadi opsi paling memungkinkan.
Menurut Irwandi, soal karantina dan social distancing bisa efektf jika ada perlindungan di bidang ekonomi.

"Kebijakan social distancing ini baru akan efektif jika diikuti dengan berbagai kebijakan perlindungan bidang ekonomi dan sosial," tulisnya.
Baca Juga: Kisah Perawat Mayat di Tengah Corona: Batal Pensiun hingga Kehilangan Kawan
Sejauh ini, pemerintah telah mengeluarkan sembian kebijakan dalam kaitannya pada Covid-19. Enam di antaranya terfokus pada bantuan terhadap masyarakat menengah ke bawah.
Atas adanya kebijakan itu, Irwandi menyatakan bahwa pemerintah harus segera menindaklanjuti dengan peraturan teknis.
"Harus segera ditindaklanjuti dengan peraturan teknis agar masyarakat di bawah dapat merasakan langsung dan paham bagaimana cara memperoleh manfaatnya," tambahnya.
2. Perlindungan Masyarakat Rentan dan Berisiko
Masyarakat rentan adalah lansia di mana memiliki tingkat kematian tinggi. Selain lansia, orang-orang dengan latar belakang memiliki penyakit berisiko juga harus lebih diperhatikan.
"Di Indonesia sendiri saat ini angka kematian tertinggi akibat coronavirus berada pada populasi penduduk 45-65 tahun," tulis Irwandi.
Menurutnya, karantina di Indonesia perlu dilakukan lebih ketat. Meningkatkan pengetahuan tentang Covid-19 juga dianggap perlu.
"Meningkatkan pengetahuan melalui promosi kesehatan spesifik coronavirus dan melibatkan anggota keluarga yang lebih muda dalam proses perlindungan kepada mereka," tambahnya.
3. Perlindungan Tenaga Kesehatan
Per Minggu (5/4/2020) kemarin, 18 dokter meninggal akibat Covid-19. Sementara di Jakarta, 84 tenaga medis positif corona.
Kerentanan tenaga medis tidak didukung oleh cukupnya keamanan, bahkan beberapa laporan menyebutkan mereka mengganti APD dengan jas hujan akibat kelangkaan.
"Pemerintah harus menjaga ketersediaan alat perlindungan diri bagi petugas kesehatan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri," tulis Irwandi dalam The Conversation.
"Pemerintah juga harus mengembangkan program pengetahuan dan keterampilan terbaru bagi tenaga kesehatan mengingat Covid-19 adalah kasus baru," tambahnya.
![Tenaga medis di RSUD HRM dr Soeselo Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengenakan alat pelindung diri (APD) dari jas hujan. [Dewi Aryani]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/03/18/26739-tenaga-medis-corona-pakai-jas-hujan.jpg)
4. Kapasitas Layanan Kesehatan
Runtuhnya sistem kesehatan di Italia disebabkan membludaknya pasien yang melebihi kapasitas rumah sakit. Belajar dari Italia, menurut Irwandi Indonesia harus menjaga pasokan logistik.
"Pemerintah harus menjaga pasokan kebutuhan logistik dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Saat ini jumlah tempat tidur di rumah sakit Indonesia mencapai 276.692, dengan jumlah tempat tidur ICU hanya 7.987," tulis Irwandi.
Selain itu, persiapan sumber daya dan kolaborasi antar keahlian juga diperlukan.
"Karena itu, pelibatan dan kolaborasi antarkeahlian tenaga medis dan non-medis harus dimaksimalkan," tambahnya.