Dokter spesialis psikiatri Danardi Sosrosumihardjo mengatakan seseorang berpikir untuk bunuh diri karena menanggung beban berat yang melebihi kemampuan pertahanan mentalnya.
"Seorang individu yang daya tahannya rapuh saat stres, di luar kekuatannya maka akan jatuh depresi. Yang depresi berat berpotensi memunculkan rasa ingin bunuh diri," katanya.
Danardi menambahkan informasi tentang virus corona bahwa jumlah penularan dan meninggal dunia semakin bertambah merupakan stressor atau penyebab stress. Jika tidak ditangani maka akan menimbulkan ketidaknyamanan, rasa cemas, paranoid atau curiga. "Jika tidak tertangani baik bisa jadi depresi," katanya.
Kekuatan kesehatan mental seseorang sangat relatif, kata Danardi. Ia mencontohkan ada seseorang mengalami amputasi dan bisa menerima penyakit itu maka depresi tidak akan terjadi.
"Namun sangat mungkin seorang foto model punya satu jerawat di muka dan tidak menganggu nyawa tapi merasa depresi. Depresi berhubungan dengan daya tahan mental," katanya.
Terdapat beberapa kasus orang memutuskan bunuh diri akibat virus corona.
Seorang warga negara Korea Selatan, perawat di Italia, dokter di New York memutuskan bunuh diri dengan gantung diri akibat terjangkit virus corona.
Virus corona: 20% persen persoalan kesehatan, 80% soal psikologis
Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan masalah psikologis lebih besar dibanding persoalan medis di tengah pandemi.
Baca Juga: Pasien 01 Covid-19 Berbagi Cerita Tentang Proses Kesembuhannya
"Laporan Gugus Tugas menyampaikan bahwa persoalan Covid-19 adalah 20% persoalan kesehatan, 80% persoalan psikologis," kata Moeldoko.
Baik Moeldoko maupun Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan aspek psikologis merupakan faktor penting dalam menciptakan kekuatan imunitas masyarakat sehingga dapat pulih maupun tercegah dari penularan virus corona.
Untuk itu, pemerintah menyediakan layanan psikologi untuk Sehat Jiwa atau Sejiwa lewat layanan telepon 119 ext. 8.
"Semoga layanan ini bisa membuat masyarakat terbebaskan dari masalah psikososial dan kesehatan jiwa yang bisa muncul di dalam masyarakat," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Fidiansjah.
64,3 persen alami kecemasan dan depresi
Berdasarkan hasil pemeriksaan masalah psikologi terhadap 1522 orang, sekitar 64,3 persen mengalami gangguan cemas dan depresi.