Layanan yang paling sering terganggu adalah program imunisasi rutin, yang berdampak pada 70 persen negara responden, diikuti diagnosis, dan pengobatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung atau diabetes (69 persen), keluarga berencana dan kontrasepsi (68 persen), dan perawatan kesehatan mental (61 persen).
Sekolah dan Pariwisata Dibuka Terlalu Awal Sumber Bencana
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengakui bahwa banyak masyarakat yang merasa lelah dengan pembatasan sosial dan ingin kembali ke kehidupan normal setelah delapan bulan pandemi.
WHO mendukung penuh upaya untuk membuka kembali perekonomian dan kehidupan sosial, namun wajib dilakukan secara terukur dengan rencana matang.
"Kami ingin melihat anak-anak kembali ke sekolah dan masyarakat kembali ke tempat kerja, namun kami ingin melihat itu dilakukan secara aman," tuturnya.
"Tak ada negara yang dapat berpura-pura bahwa pandemi berakhir," ucapnya.
Tedros mengatakan langsung membuka perekonomian dan sekolah bisa jadi sumber bencana berikutnya.
"Kenyataannya adalah virus menyebar dengan mudah. Membuka diri tanpa pengendalian menjadi sebuah resep bencana," ungkap Tedros.
Baca Juga: WHO Kritik Negara yang Buka Pariwisata dan Sekolah Tanpa Rencana