Penjelasan Covid-19 Tanpa Gejala: Virus Corona Bertidak Bagai Pereda sakit

Jum'at, 09 Oktober 2020 | 19:58 WIB
Penjelasan Covid-19 Tanpa Gejala: Virus Corona Bertidak Bagai Pereda sakit
Virus corona (COVID-19) muncul dari permukaan sel manusia, credit: NIAID-RML
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa waktu yang lalu, studi terbaru mengungkapkan hampir 80 persen orang yang terinfeksi Covid-19 tidak memiliki gejala.

Berkaitan dengan hal ini, sebuah studi dari University of Arizona Health Sciences mungkin dapat menjawabnya, yang menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat, secara 'tidak sengaja', berfungsi sebagai pereda sakit.

"Ini dapat menjelaskan mengapa hampir setengah dari semua orang yang terkena Covid-19 mengalami sedikit, atau tidak sama sekali, gejala. Meski mereka masih bisa menyebarkan penyakit," kata penulis studi dalam rilis berita, dilansir Fox News.

Penulis menduga alasan penyebaran Covid-19 karena pada tahap awal penyakit, penderita merasa baik-baik saja seolah tidak terkena virus.

"Penelitian ini meningkatkan kemungkinan bahwa rasa sakit, sebagai gejala awal Covid-19, dapat dikurangi oleh lonjakan protein SARS-CoV-2 karena virus membungkam jalur sinyal sakit pada tubuh," kata Rajesh Khanna, Ph.D., profesor di Departemen Farmakologi di Fakultas Kedokteran Universitas Arizona, Tucson.

COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML
COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML

Sebagian besar pakar medis berpikir SARS-CoV-2 menginfeksi ketika protein lonjakan protein virus menempel pada reseptor ACE2 pada sel manusia.

Padahal, virus juga dapat menggunakan reseptor kedua, yaitu neuropilin-1, untuk memasuki tubuh manusia.

Khanna menjelaskan bahwa banyak jalur biologis memberi sinyal pada tubuh untuk merasakan sakit. Salah satunya adalah melalui protein bernama vascular endothelial growth factor-A (VEGF-A).

Protein tersebut memainkan peran penting dalam pertumbuhan pembuluh darah, tetapi juga telah dikaitkan dengan penyakit seperti kanker, rheumatoid arthritis dan, yang terbaru, Covid-19.

Baca Juga: Tak Takut Demo dan Virus Corona, Pendemo Ini Malah Panik Gegara Tupperware

"Seperti kunci di sebuah gembok, ketika VEGF-A berikatan dengan reseptor neuropilin, mereka memulai serangkaian peristiwa yang mengakibatkan hipereksitabilitas neuron, yang menyebabkan rasa sakit." lanjutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI