Temuan Baru, Gabungan 2 Jenis Vaksin Covid-19 Bentuk Kekebalan Tubuh yang Lebih Lama

Sabtu, 05 Juni 2021 | 12:07 WIB
Temuan Baru, Gabungan 2 Jenis Vaksin Covid-19 Bentuk Kekebalan Tubuh yang Lebih Lama
Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Vaksin sangatlah berbeda. Vektor virus yang dikombinasikan dengan vaksin mRNA masuk akal. Tapi, beralih dari vaksin Moderna ke Pfizer tetap dinilai tidak masuk akal," jelasnya.

Peter Openshaw, seorang profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London, mengatakan ada bukti pertukaran vaksin bisa meningkatkan respons kekebalan.

"Ada penelitian yang dilakukan belum keluar. Tetapi siaran pers dalam bahasa Spanyol, menunjukkan bahwa jika Anda mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 pertama dan kedua berbeda, Anda akan memiliki respons kekebalan yang lebih tinggi," jelasnya.

Hasil studi terhadap 600 orang, menunjukkan suntikan vaksin Pfizer nampaknya meningkatkan sistem kekebalan tubuh setelah dipancing dengan suntikan AstraZeneca.

Setelah dosis kedua ini, peserta mulai menghasilkan tingkat antibodi yang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya. Bahkan, antibodinya lebih banyak daripada mereka yang hanya mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca 2 kali.

Studi Com-COV menunjukkan bahwa ketika sukarelawan diberi suntikan vaksin Pfizer dan diikuti vaksin AstraZeneca, dua kali lipat atau sekitar 41 persen peserta mengalami demam sebagai pertanda kekebalan tubuh bekerja dibandingkan dengan orang yang menerima dua kali suntikan vaksin Pfizer saja.

Peningkatan serupa juga diamati pada efek samping berupa menggigil, kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot dan perasaan tidak sehat secara umum.

Prof Openshaw, anggota Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernafasan Baru dan Muncul (Nervtag), mengatakan efek samping yang lebih parah nampaknya menunjukkan sistem kekebalan yang lebih bereaksi ketika mendapatkan 2 suntikan vaksin Covid-19 berbeda.

"Reaksi itu disertai dengan respons imun yang lebih baik. Jadi, masuk akal bila seseorang mengalami efek samping lebih berat," ujarnya.

Baca Juga: Heboh Virus Corona Varian Nepal, Haruskah Khawatir?

Dia mengatakan jika dua vaksin sama-sama menggunakan protein lonjakan virus tetapi memiliki "infrastruktur" yang berbeda, maka sistem kekebalan mengenali protein lonjakan cukul ceoat karena sudah pernah melihatnya dan meresponsnya lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI