Suara.com - Pentingnya vaksinasi Covid-19 demi mencapai herd immunity alias kekebalan kelompok terhalang oleh kabar bohong, hoaks, hingga mitos yang beredar tentang vaksin Covid-19.
Padahal menurut pakar virus yang juga ahli vaksin Dr. Katherine O'Brien, mitos-mitos tersebut sudah dipatahkan dengan banyaknya jurnal ilmiah yang beredar.
Dalam sesi wawancara Vaccine Myths vs Science yang diselenggarakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perempuan yang akrab disapa Dr. Kate itu pun membongkar tiga mitos paling populer tentang vaksin Covid-19. Apa saja?
1. Bikin mandul
Melansir laman Covid-19, mitos pertama yang dikaitkan dengan vaksin Covid-19 adalah dapat menyebabkan kemandulan.

Hal ini jelas dibantah oleh Dr. kate, yang mengatakan tidak ada kandungan apapun dalam vaksin yang bisa menyebabkan mandul atau gangguan kesuburan lainnya.
“Ini adalah rumor yang telah beredar tentang banyak vaksin yang berbeda dan rumor tersebut tidak benar. Tidak ada vaksin yang menyebabkan kemandulan,” katanya.
2. Ubah DNA manusia
Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang merupakan materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik fisik seseorang disebut akan berubah setelah vaksin COVID-19 masuk ke dalam tubuh.
Baca Juga: Bantah Ada Pejabat di Jakarta Dapat Vaksin Booster, Dinkes DKI: Hanya untuk Nakes
Menanggapi hal ini, Kate yang juga ahli epidemiologi dan dokter penyakit menular mengatakan tidak mungkin vaksin dapat mengubah DNA seseorang.
“Kami sudah sering mendengar rumor ini. Kami memiliki dua vaksin sekarang yang disebut sebagai vaksin mRNA, dan tidak mungkin mRNA dapat berubah menjadi DNA sel manusia kita,” kata Kate.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mRNA, itu instruksi tubuh untuk membuat protein. Kebanyakan vaksin dikembangkan dengan benar-benar memberikan protein atau memberikan komponen kecil dari kuman yang dicoba untuk divaksinasi.
“Dan ini adalah pendekatan baru di mana alih-alih memberikan bagian kecil itu, kami hanya memberikan instruksi kepada tubuh kita sendiri untuk membuat bagian kecil itu dan kemudian sistem kekebalan alami kita meresponsnya,” jelas Kate.
3. Mengandung bahan kimia berbahaya
Mitos lain yang cukup membuat gempar hingga membuat sebagian kalangan enggan melakukan vaksinasi adalah kabar mengenai komposisi vaksin yang didalamnya terdapat bahan kimia yang membahayakan orang yang mendapat vaksin.
Kate menegaskan, hal ini adalah mitos besar. Vaksin yang disuntikkan ke penerimanya sudah dipastikan aman. Semua komponen yang masuk ke dalam vaksin diuji secara berat untuk memastikan bahwa semua yang ada di sana, termasuk dosis aman untuk manusia.

“Vaksin memang mengandung sejumlah elemen yang berbeda dan masing-masing telah diuji. Sebelum diberikan kepada manusia, mereka diuji pada hewan dan diuji untuk masalah apapun pada hewan. Dan baru kemudian mereka masuk ke manusia di mana kami menguji dalam uji klinis dengan puluhan ribu orang akhirnya menerima vaksin sebelum mereka diizinkan untuk digunakan di masyarakat umum,” papar Kate.
Menyoal keamanan, sambung Kate, adalah bagian terpenting dari uji klinis tersebut. Setiap vaksin melewati evaluasi keamanan untuk memastikan bahwa itu aman sebelum digunakan di masyarakat umum.
“Selain itu, pembuatan vaksin memiliki pengawasan kualitas yang konstan sehingga setiap bahan yang masuk ke dalam vaksin dipastikan memiliki kualitas terbaik dan aman untuk digunakan pada manusia,” tutupnya.