4. Kemunculan Varian Delta

Varian delta ditemukan pertama kali di India sekitar April-Mei 2021, akibat lonjakan kasus di negara tersebut yang terjadi pada akhir Maret 2021.
WHO ketika itu belum menetapkan nama varian virus corona dengan alfabet Yunani. Sehingga masih dikenal dengan varian B.1617 dari India. Pada pertengahan Mei, WHO menetapkan mutasi virus dari India itu menjadi perhatian dunia atau variant of concern.
Pada awal Juni, kasus di India mulai turun meski anka kematiannya masih tinggi. Varian delta juga mulai terdeteksi di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang pada akhirnya menyebabkan lonjakan kasus pada Juli 2021.
5. WHO Umumkan Nama Baru Setiap Varian Covid-19
WHO mengubah nama setiap varian virus corona SARS Cov-2. Sebelumnya, berbagai varian dilabeli dengan angka, kemudian diubah berdasarkan alfabet Yunani agar lebih mudah dilafalkan.
Ada empat varian pertama yang namanya doubah WHO karena dianggap paling mengkhawatirkan oleh badan PBB. Yakni, varian dari Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India. Keempat varian virus corona itu masing-masing berubah menjadi Alpha, Beta, Gamma, dan Delta, disesuaikan dengan urutan penemuannya.
Pilihan alfabet Yunani ditetapkan setelah musyawarah dilakukan selama berbulan-bulan. Sempat kemungkinan nama lain seperti Dewa Yunani dan nama pseudo-klasik dipertimbangkan oleh para ahli, menurut ahli bakteriologi Mark Pallen yang terlibat dalam pembicaraan tersebut.
Tetapi nama-nama itu banyak yang sudah menjadi brand, perusahaan, atau nama asing.
Baca Juga: Hits Health: Pelancong Sebabkan Omicron Masuk Ke Indonesia, Perawatan Bayi Prematur
6. Rencana Vaksinasi Booster
Kemunculan berbagai varian virus corona membuat para ahli khawatir efektivitas vaksin menurun. Karenanya, diluncurkan rencana program booster atau dosis ketiga vaksin Covid-19, terutama di negara Eropa dan Amerika Serikat.
Namun rencana itu tidak didukung WHO karena masih banyak negara miskin yang belum melakukan suntikan dosis awal vaksin Covid-19 akibat kekurangan stok. WHO mendesak agar para negara kaya mau berbagi dahulu stok vaksin dengan negara lain sebelum menjalankan program booster.
Amerika Serikat termasuk negara pertama yang lakukan vaksinasi booster, sekitar Oktober lalu. Saat itu WHO masih mengecam tindakan tersebut.
Saat ini, pada awal Desember lalu, WHO telah menyerukan perlunya suntikan ketiga vaksin untuk memperkuat antibodi karena adanya temuan varian omicron. Namun, WHO tetap menekankan agar distribusi vaksin diprioritaskan pada negara yang cakupan vaksinasi dosis awalnya masih rendah.
7. Terdeteksi Varian Omicron di Afrika Selatan