Peranan Penting Komunikasi Risiko & Kerja Kolaboratif untuk Capaian 2 Tahun Vaksinasi Inklusif COVID-19 di Indonesia

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 04 Juli 2023 | 09:55 WIB
Peranan Penting Komunikasi Risiko & Kerja Kolaboratif untuk Capaian 2 Tahun Vaksinasi Inklusif COVID-19 di Indonesia
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Foto: Nataliya Vaitkevich/Pexels)

“Lansia harus didekati secara halus dan tidak bisa dilakukan dalam satu kali percobaan. Di awal, biasanya menolak karena takut. Kuncinya adalah kesabaran. Layani dengan hati dan penuh kasih,” jelas Aron.

Selain komunitas anak muda di Jawa Tengah, tokoh adat perempuan juga memiliki peran penting dalam menyukseskan program vaksinasi inklusif COVID-19 ini, terutama dalam proses edukasi dan mengajak masyarakat adat di Sumba Barat Daya, NTT, agar mau divaksinasi.

Pendekatan ini dilakukan oleh seorang perempuan adat bernama Selvia Guber Derita atau kerap disapa Mama Dewi.

“Kami melakukan pendekatan dan kunjungan secara terus menerus agar masyarakat adat bersedia divaksinasi. Saya selalu katakan untuk menganggap saya sebagai mama, adik, atau saudara. Saya selalu memberikan keyakinan agar tidak perlu takut. Pemerintah mengadakan kegiatan vaksinasi bukan untuk buat kita mati, tetapi untuk membuat kita sehat,”tegas Mama Dewi.

Selanjutnya, kelompok disabilitas juga menjadi kelompok prioritas yang harus dilibatkan dan diberikan kesempatan berpartisipasi dalam program vaksinasi inklusif COVID-19. Dengan keterlibatan kelompok disabilitas, diharapkan stigma negatif dan diskriminasi terhadap kelompok disabilitas akan hilang dalam masyarakat.

Seperti yang disampaikan oleh Untung Subagyo, Perwakilan DPO, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menyampaikan harapannya bagi kelompok disabilitas agar diberikan akses pelayanan kesehatan secara gratis oleh pemerintah.

Tak hanya itu, perwakilan kelompok waria dari Komunitas Mendut di Jawa Tengah, Vil Ardi menyampaikan bahwa dalam menyasar kelompok transgender juga perlu adanya pendekatan secara konsisten.

“Kelompok transgender tidak memerlukan perlakuan khusus. Kami harapkan kelompok ini dapat membaur dengan masyarakat. Melalui fasilitasi Mobil VCT, kami menyediakan tes screening HIV dan juga vaksinasi COVID-19 untuk menjangkau kelompok termarjinalkan seperti Masyarakat Adat Samin dan kelompok transgender di Pati,” ungkap Vil Ardi.

Kesuksesan komunikasi risiko lainnya juga dicapai di Sulawesi Selatan yang dialami sendiri oleh Hijrahwati, koordinator imunisasi dari Puskesmas Bontolompo 2.

Baca Juga: Berapa Biaya Pengobatan Covid-19 Terbaru? Tak Semuanya Ditanggung Pemerintah!

“Dalam upaya vaksinasi inklusif COVID-19, petugas melakukan door-to-door bersama dengan mitra relawan dan kader untuk melakukan pendataan dan persuasi kepada lansia agar mau divaksin. Saat ini, sudah ada sekitar 700 lansia yang terdata untuk segera divaksinasi dan masih menunggu stok vaksin,” jelas Hijrahwati.

Keberhasilan vaksinasi inklusif COVID-19 juga terbukti di Bali, hal tersebut disampaikan oleh I Made Thedy Ardibrata SKM, perwakilan dari Puskesmas Kubu II yang mengatakan bahwa kesuksesan tersebut didukung oleh kolaborasi dengan pihak swasta dan puskesmas dalam menyediakan tempat cuci tangan.

Seluruh upaya ini dilakukan untuk menjangkau kelompok rentan, termasuk di dalamnya lansia dan penyandang disabilitas yang juga membutuhkan akses vaksinasi COVID-19.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI