Gula, Garam, Lemak: 3 Musuh Tersembunyi di Makanan Olahan Anda? Ahli Gizi Ungkap Faktanya!

Dinda Rachmawati Suara.Com
Minggu, 13 Juli 2025 | 08:05 WIB
Gula, Garam, Lemak: 3 Musuh Tersembunyi di Makanan Olahan Anda? Ahli Gizi Ungkap Faktanya!
Ilustrasi garam. (Foto: Pexels/Tara Winstead)

Suara.com - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia (DPP PERSAGI) Bidang Ilmiah, Dr. Marudut Sitompul, MPSt, menyampaikan paparan penting mengenai peran gula, garam, dan lemak dalam upaya mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM) yang kini semakin mengancam masyarakat Indonesia.

Topik ini menjadi sangat relevan di tengah tren konsumsi makanan olahan dan ultra proses yang semakin meningkat, terutama di kalangan masyarakat urban. 

Melalui pemaparannyadi Simposia Temu Ilmiah Nasional PERSAGI 2025 yang diselenggarakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, baru-baru ini, ia memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak konsumsi berlebih dari ketiga komponen tersebut terhadap kesehatan masyarakat, serta bagaimana peran edukasi gizi dan kebijakan pangan menjadi semakin vital.

Gula, Garam, dan Lemak: Tiga Komponen Penting yang Harus Dikendalikan

Dalam paparannya, Dr. Marudut menjelaskan bahwa gula, garam, dan lemak merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh, namun dalam jumlah yang tepat. Konsumsi yang berlebihan, terutama dari makanan olahan, dapat menjadi pemicu serius berbagai penyakit tidak menular.

1. Gula (Free Sugar)

Mengacu pada definisi WHO (2003), free sugar meliputi semua gula sederhana (seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa) yang ditambahkan ke makanan dan minuman oleh produsen, koki, atau konsumen, serta gula alami dalam madu, sirup, dan jus buah.

"Konsumsi gula lebih dari 50 gram per orang per hari dapat meningkatkan risiko diabetes, obesitas, dan penyakit jantung. Maka dari itu, kita harus mulai lebih teliti terhadap kandungan gula tersembunyi dalam produk olahan," tegas Dr. Marudut.

2. Garam (Natrium)

Baca Juga: Jelang Ramadan, Komisi IX Ingatkan Pentingnya Keamanan Pangan

Asupan natrium yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit jantung koroner. WHO merekomendasikan asupan natrium tidak melebihi 2 gram per hari (setara dengan 5 gram garam dapur).

"Penurunan asupan garam terbukti secara signifikan menurunkan tekanan darah pada orang dewasa dan anak-anak, tanpa dampak negatif terhadap fungsi ginjal atau kadar lemak darah," lanjutnya.

3. Lemak Jenuh dan Lemak Trans

Dr. Marudut juga menyoroti pentingnya membatasi lemak jenuh dan lemak trans. Berdasarkan panduan WHO 2023, konsumsi lemak jenuh disarankan tidak lebih dari 10% dari total energi harian, dan lemak trans di bawah 1% dari total energi harian.

"Lemak jenuh dan trans banyak ditemukan dalam makanan olahan seperti gorengan, makanan cepat saji, dan produk susu tinggi lemak. Menggantinya dengan lemak tak jenuh dari sumber nabati seperti alpukat, kacang-kacangan, atau minyak zaitun bisa menjadi pilihan lebih sehat," jelas Dr. Marudut.

Pandangan Prof. Purwiyatno Hariyadi: Tidak Semua Makanan Ultra Proses Itu Buruk

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI