- Faricimab terbukti efektif memperbaiki penglihatan dan mengurangi frekuensi pengobatan penyakit retina.
- Studi internasional dan nasional tunjukkan hasil positif Faricimab untuk pasien di Asia, termasuk Indonesia.
- Roche Indonesia dorong kolaborasi dan inovasi guna tingkatkan perawatan mata di Tanah Air.
Suara.com - Penyakit retina seperti Degenerasi Makula terkait Usia (Age-related Macular Degeneration/AMD) dan Edema Makula Diabetik (Diabetic Macular Edema/DME) menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia.
Penyakit yang bersifat progresif ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien, tetapi juga menambah beban sosial dan ekonomi masyarakat.
Di Indonesia, diperkirakan 5 hingga 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan. Karena itu, Kementerian Kesehatan RI menargetkan penurunan gangguan penglihatan akibat retinopati diabetik, penyebab DME sebesar 25% pada tahun 2030.
Sebagai upaya untuk mendorong inovasi di bidang kesehatan mata, Roche Indonesia menggelar Roche Retina Summit 2025. Acara ini mempertemukan para ahli retina dari dalam dan luar negeri untuk membahas perkembangan terbaru dalam pengobatan penyakit retina, khususnya melalui terapi Faricimab.
Hasil studi global terbaru menunjukkan Faricimab memiliki efektivitas yang tinggi dan daya tahan pengobatan lebih lama. Obat ini berpotensi membantu pasien dengan mengurangi frekuensi suntikan mata, karena lebih dari 60% pasien bisa menjalani pengobatan hanya setiap empat bulan sekali.
Dari perspektif internasional, Dr. Yuen Yew Sen, Spesialis Bedah Retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura, menjelaskan bahwa Faricimab juga bermanfaat besar bagi pasien Retinal Vein Occlusion (RVO) atau yang dikenal sebagai “stroke mata”.

“Penanganan dini sangat penting untuk penyumbatan stroke mata. Menunda pengobatan dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan yang permanen, atau perbaikan tajam penglihatan yang tidak optimal meskipun bengkaknya akhirnya sembuh," kata Dr. Yuen.
Ia menambahkan bahwa hasil studi Faricimab untuk pengobatan RVO sejalan dengan penyakit retina lainnya.
“Faricimab, yang kini disetujui untuk mengobati stroke mata di Indonesia, terbukti efektif untuk memperbaiki penglihatan dan mengurangi bengkak di retina, sekaligus berpotensi mengurangi frekuensi suntikan mata dalam jangka panjang,” sambungnya.
Baca Juga: Mata Lebam Siswi SD di Palembang, Ibu Menangis Histeris Duga Anaknya Dianiaya di Sekolah!
Dari Indonesia, Dr. dr. Elvioza, SpM(K), Ketua Vitreo-Retina Service dan Chief Medical Director di JEC Eye Hospitals & Clinics, juga membagikan hasil studi SALWEEN yang dilakukan di Asia dan dipresentasikan di Paris pada 2025 lalu.
“Studi SALWEEN di Asia menyediakan bukti kuat dalam menangani PCV, yaitu benjolan polip pada pembuluh darah di sekitar retina,” ungkap dr. Elvioza.
Ia menambahkan, data terbaru ini menunjukkan pasien bisa mendapat perbaikan penglihatan dengan beban pengobatan yang lebih ringan.
“Pada Studi Salween ini, Faricimab dapat menghilangkan polip (regresi polip) 61% dan sekitar 83% interval injeksi bisa diperpanjang hingga tiga bulan atau lebih,” tambahnya.
Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Roche untuk terus menghadirkan inovasi kesehatan mata di Indonesia.
“Penyelenggaraan Roche Retina Summit adalah bentuk komitmen kami terhadap pasien dengan gangguan penglihatan,” jelas Sanaa Sayagh.